Tetapilah Tugasmu

18 November 2016
|
1206

Maa taraka minal jahli syai-an man araada an yuhditsa fil waqti ghaira maa azhharahuallahu fiihi (Adalah merupakan kedunguan jika orang menghendaki perubahan [terjadinya sesuatu] yang tidak dikehendaki Allah pada suatu waktu)

Suatu hari, Syekh Ibu Atha'illah pernah merasa jemu menjadi seorang guru di sebuah universitas. Beliau merasa, pekerjaaannya itu mengganggu proses saliknya. Ia pun ingin berhenti mengajar, dan memilih fokus di jalan para salik.

Kemudian, beliau menghadap mursyidnya. Belum sampai menceritakan keinginannya, sang mursyid bercerita bahwa baru saja, sebelum kedatangan Syekh Ibnu Atha'illah, ada seorang pemuka kabilah yang berkeinginan sama seperti kekarepan Syekh Ibnu Atha'illah: berhenti melayani umat.

Akan tetapi, sang mursyid melarang pemuka kabilah tersebut berhenti menjadi pelayan umat. Sebab, melayani umat juga bernilai ibadah. Yang terpenting adalah niat. Belum lagi, keinginan tersebut hanyalah nafsu yang dibungkus baju religius. Dan, tak ada bisa yang menjamin, apakah bila keinginannya terkabul, ia akan bebas dari keruwetan-keruwatan hidup.

Mendengar cerita sang mursyid, Syekh Ibnu Atha'illah tahu arah cerita tersebut. Beliau pun tak jadi berhenti dari profesinya.

Semua pekerjaan adalah baik, asal tidak bertentangan dengan syariat. Dalam pekerjaan yang engkau tekuni itulah ada kehendak Allah yang harus engkau selenggarakan. Begitu pula dengan keadaan, baik susah maupun senang, hanyalah menjadi ancik-ancik ‘pijakan’ menghadap Allah. Dalam suka atau duka ada kewajiban yang harus engkau laksanakan: bila suka, bersyukurlah; bila berduka, bersabarlah.

Bila engkau diberi pena, itu berarti engkau disuruh menulis. Bila diberi cangkul, berarti tugasmu adalah mengolah tanah. Bila tidak dikasih apa-apa, nganggur, itu berarti Allah sedang mengajakmu bercengkrama. Tugasmu adalah bersabar, berusaha, dan ngobrol mesra dengan Allah.

Intinya, setiap keadaan ada kehendak Allah yang harus dikerjakan hambaNya. Jangan menolak, menghendaki keadaan yang lain. Bila menolak, itulah yang oleh Syekh Ibnu Atha'illah disebut wong bodo banget.

Begitulah kiranya yang disampaikan oleh Kiai Imron Djamil dalam rangkai pengajian Al-Hikam, di Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta.

(Catatan Ngaji Al-Hikam bersama K.H. Imron Djamil, 18 November 2016)


Category : catatan santri

SHARE THIS POST


ABOUT THE AUTHOR

Kaha Anwar

Tukang Angon Wedhos dari Ngawi.