Puisi-puisi Rizka Nur Laily Muallifa
Rabu Malam di Masjid
Mataku pengetahuan kosong
yang duduk di barisan depan
dengan pamrih paling utuh
Pemaparan yang rimbun
ingin direguk sebagai pemahaman
meski tanpa bekal
Pak guru mengerti
Anak-anak tidak cukup membawa bacaan atau kenang-kenangan
dari mata pelajaran sejarah
Malam itu, beliau menggenapi sang dewi
yang mendengkur di lipatan sungsang pengetahuan kami
(Jogja, 2020)
Setelah Gerimis Kecil
Hujan menyirami hati Jogja yang penuh
kangen
jadi kuyup sekaligus adem
Hatimu sekotak ubi ungu
yang berangsur hangat
berkat teh atau kopi susu
di ambang pintu
(Jogja, 2020)
Malam Kuning
: wolupapat
Empat kalimat beradu
makan batagor dengan porsi paling kenyang
yang tidak pernah terasa pedas karena sambal berpeluh air
Di meja, ada keripik jagung
yang renyah seperti pertemuan pertama
dan obrolan-obrolan minum
Pisang datang dari Klaten
bersisipan dengan ikan asap dan terong goreng
Dalam doa-doa kecil di dapur
bawang merah dan cabai tidak pernah berarti amarah
(Jogja, 2020)
Minggu Pagi di Kalasan
Di Kalasan, minggu beraroma sejuk
dan ramah
Futuhat digelar di antara dua salat
Menabur doa agar manusia tak menabung rugi
(Jogja, 2020)
Category : cerpen
SHARE THIS POST