Puisi-puisi Rizka Nur Laily Muallifa #4

slider
25 Mei 2020
|
1847

Parcel

emping, kacang kupas, sirup rasa hujan, kukis, biskuit tanpa bapak

berbaris dalam kardus mi instan

 

berhari raya dengan sopan

(Bojonegoro, 2020)


 

Buku Serakah

buku-buku ditebus dengan mata serakah

seolah kebaikan mutlak ada padanya

 

begitu sampai rumah

buku-buku itu menjelma kesombongan tak terelakkan

 

di hadapan daun-daun cemara yang luntur di halaman

di samping sapu lidi yang menganggur

(Bojonegoro, 2020)


 

Kresak

di kebun

ibu tampak kompeten mematah daun-daun pisang yang sudah kering

 

waktu istirah sebentar

kucoba meraih gantar berujung tajam

menirukan ibu

 

satu jam berlalu

daun kering yang melepas dirinya ke tanah basah tak sanggup memenuhi hitungan jari

 

“daun itu sudah selesai masa hidupnya. kita tanggalkan supaya pohon pisang ini bisa hidup lebih hijau. sama seperti kesedihan. perasaan-perasaan itu harus dipupus supaya hidup jadi lebih segar”, kata ibu

(Bojonegoro, 2020)


 

Kunci Hidup yang Sulit

      : quraish shihab

angka-angka dalam timbangan

tidak pernah cukup menakar hidup yang maruk

 

selalu ada lubang dalam dosis obat paling ringan

 

saat hidup cuma terdiri dari dua kata

tulus dan ikhlas

 

keduanya tampak sederhana

tetapi kesusahan memberlakukannya senantiasa menjadi-jadi setiap hari

(Bojonegoro, 2020)


 

Tulisan yang Sombong

tulisan-tulisan merasa naik derajat

di antara kutipan dan amatan mata telanjang dan halus perasaan

namun semakin tidak sesuai dengan pesanan zaman

 

bolak-balik diperiksanya amplop dalam layar

dan tak ia temui getar yang sama lagi

 

kecuali nasihat hujan yang terus menggelayuti

“penulis tidak pernah tergesa-gesa mempublikasikan karyanya yang belum matang”

(Bojonegoro, 2020)


Category : cerpen

SHARE THIS POST


ABOUT THE AUTHOR

Rizka Nur Laily Muallifa

From Solo. Pembaca tak khusyuk. Dalam masa-masa riang pasca menerbitkan puisi bersama beberapa kawan. Buku puisi itu Menghidupi Kematian (2018). Pamrih di @bacaanbiasa