Puisi-puisi Rizka Nur Laily Muallifa #2
Pageblug
Pintu mengandung rindu yang tak tuntas
Pada pasrah wajah ibu
dan bicara bapak yang irit
Di perjamuan makan yang senantiasa hangat
Ada kenang-kenangan rimbun daun singkong
di halaman rumah
(Jogja, 2020)
Tak Ada Istirah
: para petugas medis
Banyak amin yang semoga aman
dalam malam-malam terang
yang membuat matamu tak sempat padam
Pada balutan hazmat
Pagi datang lebih cepat
lebih putih
lebih asih
(Jogja, 2020)
Jahe di Depan Rumah
Wedang jahe mengetuk pintu tetangga
sebagai salam paling rendah hati
saat empon-empon tak terbeli
Jahe itu merah rimpangnya
Ditanam dan diasuh oleh orang tua Fuko
yang sedang khidmat mengeja
ketahanan pangan di kota
(Jogja, 2020)
Makanan Kesukaan
Harum buah nangka
dan potongan-potongan apel dengan manis yang cukup
terselip dalam lipatan selamat tidur
Tempat paling tak rentan
untuk mengheningkan puisi
dari bayang-bayang hari jelang
(Jogja, 2020)
Rumah Putih
“Tidak semua orang harus berpikir rumit,
sebagaimana kamu,”
kata Pak Guru pada suatu senyum.
(Jogja, 2020)
Nasihat Cinta yang Jauh
: buat haha dan adik kecil di Kalasan
Usaha-usaha logis dijemput
Bersama dengan doa-doa
yang memanjangkan detak sujud
Di antara keduanya
sekian kemungkinan sempat terbaca
tapi ternyata bukan cinta
barangkali ketergesa-gesaan
Hati yang penuh seluruh
apatah harus melintasi sekian titian
atau tidak perlu sama sekali
kita sama-sama tidak mengerti
Tapi ketika cinta datang
tak ada satu pun peristiwa yang khianat
segala hari yang menghampar adalah pancaran Keilahian
(Jogja, 2020)
Category : cerpen
SHARE THIS POST