Menata Diri Menata Mindset
Pada kesempatan kali ini akan mengulas sebuah materi Ngaji Filsafat yang membahas tentang segala sesuatu mengenai mindset, mulai dari definisi, karakteristik, filosifi-filosofi, klasifikasi dan ciri-ciri, hingga cara membentuk atau mengembangkannya. Adapun materi ini merupakan materi Ngaji Filsafat Edisi ke-440 yang dibawakan langsung oleh Pak Fahruddin Faiz pada sesi Menata Mindset dari tema Mengarahkan Diri (Self Direction).
Definisi
Sebagai contoh, ketika kita mengajak seseorang untuk berpikir secara rasional dan kritis, maka sebelumya kita harus menyadari terlebih dahulu bahwa orang tersebut sudah memiliki semacam sikap, keyakinan, atau asumsi-asumsi yang melingkupi pikirannya. Maka dari itu, ketika kita berbeda pemikiran atau pendapat dengan orang lain, sebenarnya hal tersebut bukanlah karena pemikirannya yang salah atau karena orang tersebut tidak berpikir, hal tersebut hanya dikarenakan mindset-nya berbeda dengan mindset kita.
Karakteristik
Selain menjelaskan mengenai definisi mindset, Pak Faiz kemudian menjelaskan mengenai karakteristik mindset yang dapat kita telaah dari cara berpikir kita terhadap suatu realitas. Adapun karakteristik mindset ialah sebagai berikut.
Pertama, mindset dapat memengaruhi cara seseorang menghadapi tantangan, membuat keputusan, dan bereaksi terhadap keberhasilan atau kegagalan. Sebagai contoh, perbadaan antara seseorang yang selalu bangkit setiap kali ia terjatuh dengan seseorang yang merasa gagal setiap kali dirinya terjatuh ialah terletak pada mindset-nya.
Kedua, mindset dapat memengaruhi pertumbuhan, ketahanan, dan pendekatan seseorang terhadap kehidupan. Sebagai contoh, jika seseorang memiliki mindset seperti lalat, maka sampah akan lebih menarik ketimbang emas. Contoh lainnya ialah bahwa jika seseorang memiliki mindset yang menganggap bahwa hidup ini adalah musibah, maka orang tersebut akan mengartikan hidup ini sebagai musibah dan tiada indahnya.
Ketiga, mindset berhubungan dan berkaitan dengan titik pandang, cara pandang, dan sudut pandang seseorang. Menurut Pak Faiz, mindset berhubungan dan berkaitan dengan titik pandang (apa yang kita lihat), cara pandang (sebagai siapa dan bagaimana kita melihat), serta sudut pandang (dari titik mana kita melihat).
Sebagai contoh, jika kita ingin melihat atau menganalisis sebuah handphone, maka bagian mana dari handphone tersebut yang ingin kita lihat atau analisis (titik pandang), sebagai siapa kita ingin melihat atau menganalisis handphone tersebut (cara pandang), dan dari titik mana kita akan melihat atau menganalisis handphone tersebut (sudut pandang).
Keempat, mindset dapat membentuk dunia dan pengalaman seseorang. Pada akhirnya, mindset-lah yang akan membentuk dunia dan pengalaman seseorang. Sebab, apakah seseorang akan menjadi orang yang sukses atau gagal, serta apakah seseorang akan menjadi orang yang bahagia atau menderita, semua itu tergantung pada mindset-nya.
Jadi, berdasarkan poin-poin di atas, jika kita memiliki kecenderungan dalam berpikir atau bereaksi berdasarkan pola-pola tersebut (positif atau negatif), maka kemungkinan itulah mindset kita.
Filosofi-Filosofi
Setelah menjelaskan mengenai definisi dan karakteristik mindset secara general, selanjutnya Pak Faiz menjelaskan mengenai filosofi-filosofi mindset dengan mengutip pernyataan-pernyataan dari beberapa filsuf.
Dari Plato lewat alegori gua (seseorang yang melihat bayangan sebagai sebuah realitas). Dengan mengutip alegori gua dari Plato, Pak Faiz menjelaskan bahwasanya mindset dapat mengubah cara pandang seseorang terhadap realitas, dan dengan demikian dapat mengubah realitas hidupnya.
Dari Aristoteles tentang kebiasaan dan kebajikan. Dengan mengutip Aristoteles yang menyatakan bahwa karakter dapat terbentuk dari kebiasaan seseorang, mindset yang baik pun dapat terbentuk apabila seseorang mau membiasakan diri dengan mindset yang baik. Oleh karena itu, dengan kita selalu membiasakan diri untuk memiliki atau memelihara mindset yang baik, dan dengan demikian mindset yang baik tersebut pun akan mengubah kebiasaan-kebiasaan kita ke arah yang lebih baik.
Klasifikasi dan Ciri-Cirinya
Berdasarkan klasifikasi mindset secara general, bahwasanya terdapat dua jenis mindset yang sering kali diadopsi oleh banyak orang. Adapun dua jenis mindset tersebut beserta ciri-cirinya ialah sebagai berikut.
Adapun ciri-ciri dari positive mindset atau mindset yang positif ini antara lain ialah optimisme; resiliensi (daya bangkit atau sikap pantang menyerah); rasa bersyukur; kepercayaan diri; fokus pikiran terhadap solusi, bukan masalah; pertumbuhan dan pembelajaran; serta mindfulness (kesadaran atau perhatian penuh terhadap momen saat ini).
Sementara itu, negative mindset atau mindset yang negatif memiliki ciri-ciri, yaitu pesimisme; ragu pada diri sendiri; casastrophizing (kecenderungan untuk melihat kemunduran kecil sebagai bencana besar, membesar-besarkan masalah); blaming dan victim mentality (menyalahkan dan menganggap diri sebagai korban); perfeksionisme dan ketakutan akan kegagalan; negative self-talk (berbicara buruk terhadap diri sendiri); serta selalu berfokus pada masalah, bukan solusi.
Namun demikian, negative mindset atau mindset yang negatif bisa juga hadir karena pengaruh dari berbagai faktor, seperti halnya pengalaman atau trauma masa lalu; kondisi sosial dan budaya; stress yang kronis atau berkepanjangan; perfeksionisme; serta bias kognitif (kesalahan dalam berpikir atau dalam menafsirkan suatu informasi/fenomena).
Mengembangkan Positive Mindset dan Mengatasi Negative Mindset
Sejumlah tips atau kiat dapat kita lakukan untuk mengembangkan positive mindset dan mengatasi negative mindset. Pertama, kenali kelebihan dan capaian-capaian dalam hidup kita, kemudian bersyukur. Kedua, tantang pikiran negatif dengan cara menghadapinya secara realistis. Ketiga, tetapkan harapan yang realistis sesuai dengan kemampuan dan kondisi kita.
Keempat, cari circle atau lingkungan yang positif, dengan tujuan agar mendapatkan energi yang lebih positif. Kelima, afirmasi dan lakukan positive self-talk, yaitu meyakinkan diri dengan cara mengatakan hal-hal positif kepada diri sendiri. Keenam, self-love, mencintai dan merawat diri sendiri.
Ketujuh, rileks dan humor, jangan terlalu tegang dalam menjalani hidup. Kedelapan, alihkan fokus dari masalah ke solusi; serta, terakhir, belajar hal baru, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan diri sendiri sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan kualitas diri.
Growth Mindset dan Fixed Mindset
Di akhir pertemuan Ngaji Filsafat Edisi ke-440 ini, Pak Faiz menjelaskan sebuah teori yang berkaitan dengan mindset, yaitu teori growth mindset dan fixed mindset. Lalu apa sebenarnya teori growth mindset dan fixed mindset beserta ciri-cirinya?
Growth mindset atau mindset yang berkembang merupakan pola pikir (mindset) yang menganggap bahwa mindset dan kemampuan diri sendiri dapat berkembang. Growth mindset ini mirip dengan positive mindset atau mindset yang positif, karena berfokus pada pengembangan dan perkembangan diri sendiri.
Terdapat sejumlah ciri dari growth mindset, antara lain ialah yakin dan fokus pada perkembangan diri sendiri; bersedia menerima tantangan; gigih dan memiliki daya tahan yang tinggi; mampu belajar dari kritikan; fokus pada upaya daripada hasil; melihat kegagalan sebagai sebuah peluang; serta kemampuan beradptasi dan keterbukaan terhadap perubahan.
Kebalikan dari growth mindset ialah fixed mindset atau mindset yang tetap. Fixed mindset merupakan pola pikir (mindset) yang menganggap bahwa mindset dan kemampuan diri sendiri tidak dapat berkembang (stagnan). Fixed mindset ini mirip halnya dengan negative mindset atau mindset yang negatif, karena berfokus pada hambatan-hambatan yang terdapat di dalam diri sendiri.
Sejumlah ciri dari fixed mindset, antara lain ialah menganggap bahwa mindset (pola pikir) dan kemampuan itu bersifat tetap; sering takut akan kegagalan; sering menghindari tantangan; kesulitan menangani kritik; berfokus pada hasil daripada proses; memiliki pandangan yang terbatas terhadap potensi diri sendiri; serta sering kali membanding-bandingkan diri sendiri dengan sikap pesimistis.
Sejumlah tips atau kiat untuk kita mengembangkan growth mindset, antara lain dengan cara menerima tantangan; mengubah self-talk ke arah yang positif; fokus pada upaya dan proses; melihat kegagalan sebagai pembelajaran; rayakan kemajuan; mencari umpan balik yang membangun; melatih diri untuk bersyukur atas kesempatan belajar; kelilingi diri dengan lingkungan yang positif; serta mencari teladan yang memiliki growth mindset.
Dari ulasan atau rangkuman materi di atas, bahwasanya mindset sangatlah kompleks dan sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup kita, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kesuksesan dan kebahagiaan hidup kita. Bahkan, dari segi agama Islam pun, Allah SWT berfirman tentang betapa pentingnya memelihara mindset yang baik, yaitu dengan mengatakan “Ana ‘inda dzonni ‘abdii bii” yang berarti “Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku” (hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra). Oleh karena itu, untuk dapat mendatangkan segala kebaikan kepada diri dan hidup kita, maka yang harus diperbaiki terlebih dahulu ialah mindset kita.
Referensi:
Ngaji Filsafat 440: Menata Mindset edisi Mengarahkan Diri bersama Dr. Fahruddin Faiz, M. Ag di Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta, pada Rabu, 4 September 2024.
Category : catatan santri
SHARE THIS POST
Lapak MJS
- Sekar Macapat dalam Wacana dan Praktik
- Nisan Hamengkubuwanan: Artefak Makam Islam Abad XVIII-XIX di Yogyakarta dan Sekitarnya
- Lima Puluh Tahun: Meniti Jalan Kembali
- Buletin Bulanan MJS Edisi ke-9 Maret 2025 M
- Buku Terjemah Rasa II: Tentang Hidup, Kebersamaan, dan Kerinduan
- Buku Ngaji Pascakolonial