Yusuf-Zulaikha: Sebuah Alegori Cinta Ilahiyat

21 Maret 2019
|
5396

ÔÇ£Kalau cinta pada yang indah-indah; ketahuilah yang Maha Indah adalah Allah. Kalau cinta sama yang pintar-pintar; ketahuilah yang Maha Pintar adalah Allah. Kalau cinta pada yang kuat-kuat, yang berkuasa; ketahuilah yang Maha Kuat dan Maha Kuasa adalah Allah, yang lain hanya cerminan-Nya.ÔÇØ (Al-Ghazali).

Cinta adalah sebuah manifestasi yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia agar ia dapat mengasihi dengan sesama makhluk ciptaan-Nya, di mana puncak dari cinta itu sendiri adalah cinta kepada Tuhan, Sang Pemberi dan Pemilik Cinta. Namun, terkadang jamak orang menyalahartikan cinta yang dimilikinya. Cerita Yusuf dan Zulaikha yang dibabar oleh Jami berikut bukan cinta yang menggebu-gebu penuh nafsu, tetapi cinta yang sarat akan makna yang dapat mengantarkan seseorang kepada pemahaman tentang Sang Mahacinta. Cerita Yusuf dan Zulaikha adalah sebuah alegori atau majas yang ditulis oleh Hakim Nuruddin Abdurrahman Jami untuk menggambarkan tentang cinta kepada Tuhan. Jami dilahirkan di sebuah kota kecil Jam, Afghanistan pada 1414 M. Buku tersebut adalah puncak karyanya sebelum ia menghembuskan nafas pada 1492 M. Kehadiran buku ini adalah semacam kenang-kenangan hidup dari Jami, jejak cinta, sebab Yusuf dan Zulaikha ini ditulis ketika Jami sudah berusia lanjut. Ada sebuah munajat yang amat relevan dengan keadaan kita saat sekarang ini:

ÔÇ£Ya, Rabbi, ya Tuhanku, jauhkanlah kami dari perbuatan menghabiskan waktu untuk perkara-perkara kecil yang tidak berguna. Tunjukkan kepada kami segala perkara menurut hakikatnya. Angkatlah dari batin kami selubung ketidaksadaran. Janganlah diperlihatkan kepada kami barang yang tidak nyata sebagai barang yang ada yang tidak nyata sebagai barang yang ada. Janganlah Engkau biarkan bayang-bayang menutup batin kami sehingga kami tidak dapat melihat keindahan-Mu. Jadikanlah bayang-bayang ini sebagai kaca yang melalui batin kami untuk menyaksikan-Mu.ÔÇØ

Kenapa munajat Jami relevan dengan keadaan yang kita hadapi sekarang? Sebab kita terlalu banyak menghabiskan waktu untuk sesuatu hal yang tidak penting. Menghabiskan waktu berjam-jam di depan gawai, misalnya, untuk melihat perkembangan informasi yang ada di media sosial. Bahkan, sampai muak sendiri melihat informasi-informasi yang lalu-lalang tersebut. Tadinya tidak punya musuh, kemudian jadi punya musuh setelah ikut berkomentar di kolom komentar media sosial orang lain. Akibatnya, secara tidak sadar hati kita tertutup untuk melihat keindahan Tuhan. Jami adalah seorang sufi terkenal pada masanya. Meskipun seorang sufi, ia juga merasakan jatuh cinta. Bukankah seorang sufi juga manusia? Suatu ketika ia jatuh cinta pada seseorang. Ya, yang namanya jatuh tentu saja sakit. Sakit akan sembuh jika sudah diobati. Dan obat dari jatuh cinta adalah bisa membersamai orang yang dicintai. Namun, tiba-tiba di dalam mimpi, Jami didatangi oleh guru sufinya, Syekh Kasyighari. Syekh tersebut berkata: ÔÇ£Saudaraku, pergilah dan carilah seorang kekasih yang tidak bisa engkau biarkan pergi.ÔÇØ Jami kemudian berefleksi atas apa yang telah diucapkan oleh guru sufinya tersebut. Ia mengamini apa yang dikatakan oleh gurunya bahwa percuma hanya mencintai perempuan yang sama-sama makhluk seperti dirinya. Lebih baik menyibukkan diri untuk mencintai seseorang yang tidak pernah pergi, mencintai Sang Pencipta, yaitu Allah. Kenapa harus jatuh cinta?

ÔÇ£Apabila engkau hendak bebas, jadilah tawanan cinta. Apabila engkau menginginkan kegembiraan, bukalah hatimu bagi penderitaan cinta. Dari anggur cinta datang kehangatan dan pesona; tanpa cinta hanya ada kesusahan dan keakuan yang dingin. Ingatan kepada cinta menyegarkan hati si pecinta dan kejayaan datang pada dia yang mejayakannya.ÔÇØ

ÔÇ£Engkau boleh mencoba seratus hal, tetapi hanya cinta yang akan membebaskanmu dari dirimu sendiri. Maka janganlah melarikan diri dari cinta, jangan. Sekali pun dari cinta dalam samaran duniawi karena ia persiapan bagi kebenaran tertinggi. Bagaimana engkau akan membaca Al-Quran tanpa mempelajari abjad?ÔÇØ

ÔÇ£Aku dengar kisah seorang pencari yang pergi kepada seorang arif meminta petunjuk jalan sufi. Orang tua arif itu berkata kepadanya, ÔÇÿApabila engkau belum pernah menginjak jalan cinta pergilah dan jatuh cintalah. Kemudian kembalilah menemui kami.ÔÇÖÔÇØ

Cinta itu membebaskan, tidak mengikat. Cinta menumbuhkan. Apabila ada cinta yang menjadikan seseorang terikat, tidak bebas, maka itu bukan cinta namanya. Seperti lirik lagu yang dinyanyikan Rhoma Irama, Hidup tanpa cinta, bagai taman tak berbunga, hai begitulah kata para pujangga Ini membuktikan bahwa orang yang menjalani hidup tanpa cinta yang ada hanya kesumpekan hidup, selalu dihinggapi prasangka, penuh kebencian, selalu berpikir negatif kepada orang lain di luar dirinya. Itulah mengapa jamak orang yang mudah meyebarkan kebencian petanda bahwa ia telah kehilangan cinta, sehingga dirinya dikuasai oleh nafsu amarah, menjadikannya dingin dan lenyap begitu saja dari percaturan dunia. Sebab, cintalah yang menjadikan dunia ini berwarna. Maka, jangan melarikan dan memalingkan diri dari cinta. Dan jatuh cinta itu perlu latihan, urusannya rasa biar hati terlatih lembut, tidak keras. Ketika hati sudah dilatih untuk jatuh cinta, maka akan terasa nikmatnya. Dikisahkan bahwa pada suatu malam, Zulaikha bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki tampan yang ketampanannya tidak ada tandingannya di seantero bumi, keindahannya luar biasa, yang memiliki separuh ketampanan laki-laki di seluruh dunia. Dia jatuh cinta sebelum bertemu orangnya. Lewat syairnya, Zulaikha berkata:

ÔÇ£Wahai permata suci, dari tambang manakah engkau berasal? Kau telah membawa pergi hatiku, tanpa mengatakan padaku siapa namamu atau pun dari mana datangmu dan aku tak mengetahui kemana akan bertanya. Aku tak menghendaki siapa pun tertimpa cinta seperti ini. Aku tidak memiliki hati dan tidak pula memiliki hasrat hatiku sendiri. Bayangmu telah muncul padaku dan merampas tidurku. Ia telah membuat air mata dan darah hatiku mengalir. Tubuhku yang tak terbawa tidur menjadi lesu dan dadaku terbakar. Aduhai, tak dapatkah kau memadamkan nyala ini? Mestikah engkau selalu laksana nyala api yang membawa?ÔÇØ

Jami menarasikan bahwa ini adalah simbol kehausan spiritual, yaitu jeritan hati seorang hamba yang ingin bertemu Tuannya. Apa yang membuat kita tidak bisa membaca tanda-tanda saat hati kita menjerit-jerit untuk ketemu Allah? Tidak lain adalah karena terhalang oleh nafsu sehingga tertutup pintu menuju Allah. Zulaikha terus bermimpi. Mimpinya terakhir, ia menemukan jawaban bahwa orang yang ditemui dalam mimpinya itu mengaku sebagai seorang wazir di Mesir. Zulaikha kemudian mulai membuka diri, memberi pengumuman pada semua orang bahwa siapa pun boleh melamarnya. Ini adalah salah satu trik Zulaikha, syukur-syukur wazir dari Mesir sesuai dengan petunjuk dalam mimpinya itu ikut dalam permainannya ini. Akhirnya ada wazir dari Mesir yang melamar, tetapi bukan Yusuf, lelaki dalam mimpinya tersebut. Ibarat membeli kucing dalam karung, Zulaikha telah terlanjur menerima lamaran si wazir, namun setelah ketemu ternyata wazir tersebut bukan sosok yang ada di dalam mimpinya. Kemudian datang lagi mimpi, bahwa Zulaikha akan ketemu dengan Yusuf tetapi melalui si wazir ini. Hatinya memberontak, kenyataan tak sesuai dengan harapan. Di saat bersamaan, Zulaikha mendapat ilham:

ÔÇ£Wazir Agung Mesir itu bukanlah keinginan hatimu. Akan tetapi, tanpa dirinya, engkau mustahil meraih dan mencapai tujuanmu. Bersabarlah, sebab engkau akan segera melihat ketampanan dan keindahan kekasihmu dalam hidup bersama sang wazir.ÔÇØ

Dengan berat hati dan didorong oleh keinginannya untuk bertemu sosok yang ada dalam mimpinya, maka Zulaikha mau menerima lamaran si wazir, dengan catatan selama pernikahan ia tidak boleh disentuh. Secara tersirat, Jami menggambarkan ini sebagai simbol bahwa untuk bertemu langsung dengan Allah, ada banyak tahap yang harus dilewati. Ada banyak ÔÇ£kendaraan-kendaraanÔÇØ yang harus dinaiki, kendaraan cinta munuju-Nya. Dari mempersiapkan diri, lingkungan, mendekatkan diri dengan para auliya, ulama, sering bersalawat kepada kekasih Allah, Nabi Muhammad Saw, dan banyak lagi kendaraan-kendaraan cinta lainnya agar sampai kepada Allah.

***

Di pasar pusat kota Mesir ada orang yang menjual budak. Semua orang ingin membeli. Yusuf adalah seorang budak. Dari cerita Jami, orang yang berhasil membeli Yusuf adalah raja Mesir, bukan wazir. Lalu, Zulaikha dibuat kaget luar biasa ketika melihat seorang budak yang bernama Yusuf sama dengan sosok yang ada dalam mimpinya. Kemudian, dia mau melakukan apa pun asalkan bisa mendapatkan budak yang bernama Yusuf ini. Akhirnya si raja mengalah demi Zulaikha. Banyak perempuan-perempuan yang tergila-gila dengan pesona Yusuf. Bahkan ada yang sampai pingsan, seperti yang dialami Bazigha. Kemudian Yusuf menasehati┬áBazigha bahwa ketika melihat keindahan dan kesempurnaan di dunia ini tak lain adalah sebuah tanda tentang Dia. Termasuk penampilan Yusuf sendiri adalah gambaran keindahan Allah sendiri. Yang namanya gambar pasti akan memudar, menua, layu sehingga kata Yusuf hanya Allah sajalah yang hakiki dan abadi. Untuk apa membuang-buang waktu pada sesuatu yang akan lenyap esok hari? Dari cerita di atas, Jami ingin mengungkapkan bahwa semua manifestasi yang ada di dunia ini semuanya adalah bayangan Allah. Jika mampu, kata Jami, langsung saja ketemu dengan wujud aslinya, bukan bayangan-Nya. Bazigha tersadar atas ucapan Yusuf. Ia kemudian menyerahkan segala hartanya kepada fakir miskin. Lalu uzlah dan hidup sederhana yaitu hanya mengabdikan sisa umunya untuk Allah. Yusuf berhasil dimiliki oleh Zulaikha sebagai budaknya. Cinta Zulaikha pada Yusuf begitu menggebu-gebu, harapannya terlalu besar untuk memiliki Yusuf meskipun mereka sudah tinggal di satu atap. Dekat tapi tak bisa memiliki. Dalam syairnya, Zulaikha mengungkapkan bahwa Yusuf tak mau memandang wajahnya. Yusuf selalu menunduk dan hanya menatap kakinya sendiri ketika berhadapan dengan Zulaikha. Bahkan, Zulaikha cemburu kepada lengan baju yang dipakai Yusuf yang menyapu tangannya, pun pada ujung jubahnya yang menyapu debu di kakinya. Kemudian muncul pikiran lain Zulaikha. Ia menyuruh budak-budak perempuannya, bila nanti Yusuf tertarik pada mereka maka bilang padanya. Apabila Yusuf sudah suka pada salah satu budak perempuan tersebut nanti Yusuf diundang ke kamarnya, namun Zulaikha yang ada di dalamnya. Sebagaimana yang diceritakan Jami dalam bukunya, Yusuf masuk perangkapnya Zulaikha, lalu terjadi dialog. ÔÇ£Ada dua rintangan yang mencegahku menuruti kemauanmu. Pertama, menjawab pertanyaan Allah. Kedua, menghadapi wazirÔÇØ ucap Yusuf kepada Zulaikha. ÔÇ£Jangan berbicara tentang suamiku padaku. Sebab dibandingkan cintaku padamu, ia bukanlah apa-apa. Aku bisa meracunnya atau mengalihkannya agar tidak mengetahui keadaan kita. Pun dengan Allah. Dia memang Maha Penyayang, sebagaimana engkau katakan. Aku akan memberikan zakat dan sedekah dan Dia akan mengampuni kita.ÔÇØ Zulaikha mulai merayu Yusuf dan berusaha menyogok Allah. Ini satu isyarat yang ditampilkan Jami bahwa dalam kehidupan ini kita sering menyogok Allah. Kita dengan mudah berbuat dosa, lalu memanfaatkan ke-Maha Penyayang dan Pemurahnya Allah dan menganggap bahwa Dia pasti mau memaafkan segala kesalahan kita selagi kita bertaubat kepada-Nya. Tapi tidak segampang itu keles. ÔÇ£Engkau mungkin bisa menyembunyikan dosamu dari sang wazir, tetapi engkau tidak akan pernah bisa menyembunyikannya dari Allah, termasuk soal ampunan-Nya. Apakah Dia dibayar untuk menciptakan kita sehingga Dia akan mau menerima suap untuk mengampuni kita?ÔÇØ Sanggah Yusuf atas ucapan Zulaikha yang mau menyuap Allah. Setelah itu Yusuf lari keluar. Dari belakang, Zulaikha menarik bajunya dan robek. Lalu ketahuan oleh wazir yang lewat di depan kamarnya. Wazir marah besar, tetapi setelah dilihat buktinya ternyata istrinya yang salah. Di luar, isu berkembang begitu cepat. Zulaikha, seorang permaisuri yang cantik jelita, mau bermain api dengan seorang budak, letak harga dirinya dimana? Malunya luar biasa. Untuk menghindarkan malu tersebut, diundanglah perempuan-perempuan yang bergosip ria di kota itu untuk melihat secara langsung sosok Yusuf. Disediakan perjamuan dan setiap perempuan diberikan pisau sehingga mereka siap untuk menyantap hidangan. Oleh Zulaikha, Yusuf diminta berjalan di depan mereka. Begitu melihat Yusuf lewat, semua perempuan tadi terpana melihat ketampanan Yusuf, sampai mereka kehilangan kesadaran. Sampai ada tangannya yang teriris pisau pun tidak sadar, sambil mengucapkan, ÔÇ£Allahu Akbar, demi Allah, ini bukan manusia, pasti malaikatÔÇØ lanjutnya. ÔÇ£Pantas saja Zulaikha jatuh cinta, makhluknya seindah iniÔÇØ mereka saling berbisik. Obrolan tentang dirinya yang jatuh cinta pada budak masih berkembang hangat. Namun, Zulaikha tak peduli. Ia terus meratapi cintanya terhadap Yusuf. Hidupnya semakin sesak. Yusuf pun juga ikutan sesak, tidak nyaman karena terus dikejar-kejar Zulaikha sehingga Yusuf berdoa pada Allah, ÔÇ£Ya Allah penjarakanlah aku. Aku lebih suka hidup dipenjara daripada aku melakukan apa yang mereka inginkan. Jika tidak, lama-lama aku akan berpaling mengikuti tipu daya mereka sehingga aku jadi orang bodoh.ÔÇØ Allah mengabulkan doanya. Yusuf dipenjara dengan tuduhan menimbulkan kekacauan dalam masyarakat atas ketampanannya. Meskipun Yusuf sudah dipenjara, cinta Zulaikha tak juga padam. Zulaikha membuat ruang di dekat penjara Yusuf. Zulaikha terjebak di dalam penjara cintanya sendiri. Melihat atap penjaranya Yusuf saja, ia sudah berucap syukur. Bahkan memandang pintu dan dinding penjaranya saja sudah membuat Zulaikha bahagia. Yang lebih tidak masuk akal, Zulaikha cemburu kepada atap yang menaungi penjara Yusuf dan betapa ia merasa iri pada tembok tempat dimana Yusuf bersandar dan cemburu pada lantai yang menciumi kaki Yusuf. Gambaran ini adalah isyarat Jami bahwa orang yang sudah jatuh cinta kepada Allah, maka apa pun yang berkaitan dengan Allah akan dicintai pula. Jadi mustahil ada orang yang mengaku cinta pada Allah, tetapi membenci dan memusuhi makhluk ciptaan-Nya. Padahal yang lain, yang ada disekeliling kita juga masih ada hubungannya dengan Allah. Jika sudah seperti itu, bisa dikatakan cintanya pada Allah belum sebenar-benarnya, masih cinta palsu. Orang yang sudah jatuh cinta, dirinya akan lenyap, yang ada hanyalah orang yang dicintai. Kemana pun matanya memandang, yang dilihat hanyalah orang yang dicintai, Allah semata. Makanya tak heran, seorang sufi ketika sudah berada pada ektase cinta, secara tidak sadar akan keluar sendiri dari mulutnya seperti ana al-Haq atau dikenal dengan istilah syatahat, lenyapnya diri, yang ada hanya orang yang dicintai. Zulaikha kemudian mulai menyucikan diri, manaklukkan egonya, jalannya adalah cinta. Orang yang sedang jatuh cinta bisa menaklukkan egonya dengan cara tidak egois, tidak memikirkan dirinya, yang dipikirkan hanya orang yang dicintai. Hal tersebut juga menjadi nasihat ke dalam bagi Jami bahwa dia juga harus belajar mencintai, menaklukkan ego. Bahwa dari cerita Zulaikha ini Jami hendak menasehati dirinya sendiri, tidak hanya menulis cerita Yusuf dan Zulaikha untuk orang lain.

***

Yusuf berhasil menjadi wazir agung di Mesir. Di lain pihak, Zulaikha tidak lagi menjadi istri wazir dan hartanya habis untuk mencari Yusuf kesana-kemari hingga ia miskin, kurus dan jelek. Suatu hari, Zulaikha berdiri di pinggir jalan dan Yusuf lewat lalu mereka saling sapa meskipun Yusuf sempat tidak mengenali Zulaikha. Yusuf mendapat isyarat dari Allah. Di mana Allah belum mengambil Zulaikha sebab dalam dirinya terkandung cinta kepada orang yang juga dicintai Allah. Atas dasar itu, Allah menjadikan Zulaikha muda kembali dan mengizinkan mereka berdua menikah. Disaksikan oleh malaikat, mereka dinikahkan langsung oleh Allah. Mereka punya banyak anak dan hidup bahagia. Sampai waktunya, Yusuf pun meninggal duluan dari Zulaikha. Atas kepergian suami terkasihnya, Zulaikha kembali meratap. Ia lari ke makam Yusuf: ÔÇ£Wahai dimanakah engkau kini, Yusuf penyayang orang-orang menderita? Kini, engkau bersembunyi jauh di bawah akar sebatang pohon mawar, sementara aku berada di atas ranting-rantingnya yang menjulang tinggi. Engkau meresap ke dalam tanah seperti air, sementara aku berada di atasnya laksana duri dan sekam. Engkau pergi sedemikian jauh, sehingga aku tak bisa memperoleh kabar tentang dirimu dari siapa pun. Kehilangan dirimu telah menyulut api dalam diriku sehingga asapnya membuat setiap orang menangis. Aku tak sanggup hidup tanpa dirimu.ÔÇØ Ini kata-kata terakhir yang diucapkan Zulaikha. Kemudian ia meninggal di atas makam Yusuf. Demikianlah alegori yang dibuat oleh Jami terhadap cinta ketuhanan, cinta yang hakiki, tanpa pamrih dan tapi. Dari kisah ini, Jami mengajak kita untuk berefleksi tentang sudah sejauh mana kita mengenal Allah? Sudah sejauh mana kita mencintai segala ciptaan-Nya? Untuk menjawab pertanyaan itu semua, seperti yang telah dijelaskan di atas, latihan untuk mencintai, mencintai diri sendiri, orang lain, tumbuh-tumbuhan, lingkungan dan mencintai Allah. Semoga bermanfaat.

Category : catatan santri

SHARE THIS POST


ABOUT THE AUTHOR

Silmi Novita Nurman

@moratorium_senja