Shalawat sebagai Wirid
Ngaji Rutin Selasa Malam | Selasa, 29 April 2025 | Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta | Penceramah: Ust. Sholeh Ilham, S.Th.I
Pada ngaji rutin kitab Risalatul Mu’awanah karangan Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad pada Selasa malam 29 April 2025 yang disampaikan oleh Ust. Sholeh Ilham, S. Th.I. bertema “Shalawat sebagai Wirid”. Ust. Ilham membahas banyak mengenai tata cara serta keutamaan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad shalallahu alihi wasallam.
Membaca wirid shalawat sangat dianjurkan untuk dilazimkan guna menumbuhkan rasa mahabbah (cinta) kepada Nabi Muhammad Saw. Adapun mengenai adab serta tata cara melalaksanakanya sudah banyak dijelaskan oleh para ulama terdahulu yang mana semua itu bersumber langsung dari Baginda Nabi Muhammad Saw.
Sebelum membahas tema utama, Ust. Ilham terlebih dahulu mengulas materi ngaji pertemuan sebelumnya, yang berisi mengenai amalan wirid. Para ulama dahulu telah menghimpun satu-persatu serta meracik bacaan menjadi amalan wirid yang dibaca sehabis shalat. Bacaan wirid tersebut adalah membaca istigfar, takbir, tahmid sebanyak 33 kali, dan setelahnya ditutup dengan membaca shalawat.
Ust. Ilham kemudian melanjutkan membacakan kalam dari Imam Hadad:
واجعل لك ورداً من الصلاة على رسول الله صلى الله عليه وسلم، فإنها وصلة بينك وبين نبي الله صلى الله عليه وسلم، وباب يفيض عليك منه المدد بواسطته من حضرته عليه الصلاة والسلام، وقد قال صلوات الله وسلامه عليه: "من صلى عليه مرة صلى الله عليه بها عشراً" وقال عليه الصلاة والسلام: "أحبكم إلي وأقربكم مني مجلساً يوم القيامة أكثركم علي صلاة" وقد أمر الله بها في كتابه العزيز بقوله تعالى: (يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليماً) فامتثل واستكثر منها ولا تستقلل، واجمع بينها وبين السلام وصل على آله معه.
Artinya, “Jadikan shalawat atas Nabi Muhammad menjadi salah satu wiridmu. Karena shalawat itu merupakan penghubungmu dengan kekasih Allah SWT, Muhammad Saw, dan juga berfungsi sebagai pembuka pintu pertolongan”.
Silaturahmi ruhani kita kepada Rasulullah yaitu dengan membaca shalawat, sama seperti membaca Al-Qur’an untuk berkomunikasi kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Shalawat sebagai media menggapai daripada pertolongan Allah lewat Nabi Muhammad Saw. Sebab Nabi Muhamad adalah al-wasilatul ‘udma, yang berarti “wasilah yang agung”, yakni penghubung kepada Allah SWT. Seseorang tidak akan sampai kepada Allah tanpa melalui Nabi Muhammad Saw. Sebab, Allah SWT bersabda:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja)” (QS. Adz-Dzaariyaat [51]: 56).
Kita tidak mungkin bisa beribadah tanpa melalui contoh. Contoh yang paling utama adalah kepada Nabi Muhammad Saw. Misalnya, seperti shalat. Dalam hal shalat, Rasulullah shallallahu salam bersabda dalam hadisnya:
صلوا كما رايتموني اصلى
Artinya, “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”.
Semua tentang tata cara shalat merupakan barakah pintu yang Allah SWT berikan melalui Nabi Muhammad Saw. Dari Rasulullah kepada sahabat, dari sahabat ke tabi’in, lalu tabi’ut tabi’in, para ulama kemudian kepada guru-guru dan sampai kepada kita.
Keutamaan Shalawat
Rasulullah Saw. bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ مَرَّةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَاعَشْرًا
Artinya, “Barangsiapa membaca shalawat atas diriku sekali, maka Allah akan bershalawat padanya sepuluh kali” (HR. Ahmad dan Muslim dari Abi Hurairah).
Sholawat merupakan ibadah yang mudah dan tidak akan sia-sia serta dapat dipastikan diterima. Membaca shalawat boleh dilakukan dalam keadaan apa pun, baik suci maupun tidak suci, kapan saja, kecuali di kamar mandi. Mayoritas ulama menyarankan wirid berupa shalawat karena keistimewaan di atas. Shalawat juga dapat menambah kekurangan ibadah amaliah-amaliah lainya. “Lirkadyo Kanjeng Nabi niku sumur yang sangat luber, kita membaca shalawat satu kali maka luberan air rahmat sumur mancur deres ke badan kita”, kata Ust. Ilham.
Pada hakikatnya, Nabi Muhammad Saw tidak butuh shalawat kita, karena beliau sudah mulia. Seandainya semua umat manusia yang ada di bumi taat kepada Rasulullah, tidak akan menambahi kehormatan Kanjeng Nabi Saw. Seandainya semua umat manusia yang ada di bumi maksiat kepada Rasulullah (tidak mau bershalawat kepadanya), juga tidak akan mengurangi kehormatannya.
Ulama berkata, orang yang dikatakan memperbanyak shalawat minimal sehari semalam 300 kali. Membaca shalawat diniatkan mengikuti firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 56:
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
Artinya, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.
Bershalawatnya Allah kepada Nabi bermakna Allah senantiasa mencurahkan rahmat takdim kepada Nabi Muhammad. Allah memerintahkan untuk bershalawat, Allah juga melakukanya. Namun, tidak seperti ibadah lain, seperti shalat, zakat, haji dan lainnya, yang mana itu menunjukan keagungan Nabi Muhammad dihadapan Allah SWT.
أَحَبُّكُمْ إِلَىَّ وَأَقْرَبُكُمْ مِنِّىْ مَجْلِسًاأَكْثَرُكُمْ عَلَىَّ صَلَاةً
Artinya, “Orang yang paling mencintaiku dan paling dekat denganku di antara kamu ialah yang paling banyak membaca shalawat atas diriku”.
Membaca shalawat tidak memerlukan ijazah sebagaimana amalan-amalan wirid lainnya karena sudah diijazahkan langsung oleh Allah melalui ayat 56 surah Al-Ahzab. Apa pun hajat dan keinginan kita, maka usaha dan perbanyak shalawat.
Mengenai teknis pelaksanaanya, Imam Hadad berkata, “Kumpulkanlah shalawat dan salam menjadi satu dan sertakanlah keluarga Nabi”. Seperti bacaan shalawat berikut:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Perbanyaklah membaca shalawat pada malam Jumat dan hari Jumat sesuai dengan sabda Rasulullah Saw:
أَكْثِرُوْامِنَ الصَّلَاةِ عَلَىَّ فِى اللَّيْلِ الْغَرَّاءِوَالْيَوْمِ الْأَزْهَرِ
Artinya, “Perbanyaklah membaca shalawat padaku di malam yang penuh kebahagiaan (yakni malam Jumat) dan pada hari yang bersinar (yaitu hari Jumat)” (HR. Baihaqi dari Abi Hurairah dan Ibnu Ady dari Anas).
Category : kolom
SHARE THIS POST