Shalat Khusyuk Kunci Sukses dalam Hidup
Ngaji Rutin Jumat Malam | Jumat, 24 Januari 2025 | Shalat Khusyuk Kunci Sukses dalam Hidup | Ust. Dr. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.
Ngaji rutin tematik yang disampaikan oleh Dr. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. dengan tema “Shalat Khusuk Kunci Sukses dalam Hidup”. Ust. Khamim membahas banyak mengenai keutamaan serta syarat-syarat sah menunaikan ibadah shalat. Diawali dengan menyampaikan surah Al-Isra ayat 1:
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَالسَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ ١
Artinya, “Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari masjidil haram ke masjidil aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
Dari Rasulullah Saw kita bisa mengimani, meyakini dan mengamalkan, sekaligus bisa mendakwahkan Dinul Islam. Ayat di atas menjelaskan peristiwa yang sangat besar sebagai salah satu dari mukjizat Rasulullah yaitu peristiwa isra dan mi’raj. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah ke-17 yang berarti “Allah telah memperjalankan hambanya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran kami, sesungguhnya Dia Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Dari ayat ini, setidaknya ada tiga hal yang dapat menjadi renungan dan catatan bagi kita. Pertama, berkaitan dengan waktu pelaksanaannya peristiwa isra mi’raj. Kedua, tempat dilaksanakannya, dan yang ketiga, menyangkut pada tema yaitu diwajibkannya untuk melaksanakan shalat fardu lima kali dalam sehari semalam.
Pertama, berkaitan dengan waktu peristiwa isra mi’raj adalah kita meyakini pada tanggal 27 Rajab—artinya 1 bulan setelahnya kita akan segera memasuki bulan suci Ramadhan yang menjadi catatan untuk melakukan persiapan baik secara fisik maupun sosial, termasuk juga secara mental. Persiapkan sepenuh hati, evaluasi apakah kita sudah mempersiapkan dengan sebaik-baiknya.
Kemudian yang kedua, tentang tempatnya minal Masjidil Haram ilal Masjidil Aqsa (dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina). Peristiwa ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa daerah Baitul Maqdis di Palestina merupakan tanah yang di berkahi oleh Allah SWT. Tetapi kenapa muncul konflik berkepanjangan dan tidak pernah berakhir?
Sekarang orang banyak mengkait-kaitkan dengan peristiwa kebakaran di Los Angeles, California, Amerika Serikat dengan konflik di Palestina. Ada orang yang mengatakan bahwa masalah konflik di Palestina dengan Israel akan selesai jika umat Islam bisa bersatu dengan pandangan dan sikap yang sama, Meskipun hal ini mudah diucapkan tetapi pada praktiknya tidak mudah.
Shalat Khusuk
Adapun hikmah yang ketiga diambil adalah diperintahkannya umat Islam untuk melaksanakan shalat fardu sehari semalam lima kali, walaupun pada implementasinya masih ada orang yang shalatnya lima hari sekali.
Dalam surah At-Taubah ayat ke-103 kata “shalat” diartikan secara bahasa yaitu doa, sehingga ketika kita melaksanakan ibadah shalat berarti kita sedang berdoa. Jika kita meyakini bahwa shalat adalah doa kepada Allah SWT, maka konsekuensinya harus menjalankannya dengan sepenuh hati, itulah yang kemudian muncul istilah shalat khusyuk yakni shalat dengan mengikutsertakan seluruh komponen pribadi.
Sedangkan secara istilah, “shalat” adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan dimulai dengan takbiratul ihram dan disudahi salam, dengan syarat serta rukun tertentu. Di dalam Al-Qur’an, banyak diceritakan bahwa shalat adalah ibadah yang bersumber dari para nabi seperti Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Dalam surah Maryam ayat ke-31 juga diperintahkan untuk melaksanakan shalat. Demikian juga nabi yang terakhir Rasulullah Muhammad Saw, diperintahkan untuk melaksanakan ibadah shalat. Shalat memang memiliki kedudukan yang istimewa dan khusus bagi kita sebagai umat muslim.
Shalat adalah rukun Islam yang kedua setelah syahadat, dua kalimah syahadat merupakan pintu seseorang untuk masuk kepada agama Allah SWT. Oleh karena itu, orang yang belum membaca dua kalimah syahadat tidak diperintahkan untuk melaksanakan ibadah shalat. Sering menjadi pertanyaan banyak orang, shalatnya orang yang tidak muslim, apakah diterima di sisi Allah SWT? Hal semacam ini sebenarnya sudah terjawab dalam ilmu fikih.
Keutamaan Shalat
Rasulullah menyampaikan bahwa ashalatu ‘imaduddin yang berarti “shalat sebagai tiangnya agama”. Berbahagialah kita di Masjid Jendral Sudirman ini masih ada tiangnya, sehingga untuk menjelaskan bahwa shalat adalah tiangnya agama akan menjadi mudah. Sebab, banyak masjid-masjid sekarang tidak ada tiang-nya.
Bila kita pernah ke Masjid Nabawi, masing-masing tiang ada seorang ustadz yang duduk di bawahnya, kemudian setelah selesai shalat mereka berkerumun belajar ilmu agama pada setiap tiangnya. Apa yang dimaksud shalat sebagai tiang agama adalah yang menjadi penguat. Oleh karena itu, bagi orang Islam yang tidak melaksanakan ibadah shalat dikatakan sebagai orang yang telah meruntuhkan agamanya.
Ibadah shalat adalah kewajiban yang paling awal diturunkan sebelum ada kewajiban ibadah lain. Sebagaimana kita ketahui, bahwa perintah melaksanakan shalat fardu yaitu melalui peristiwa isra mi’raj, setahun sebelum Rasulullah Saw melaksanakan hijrah ke Kota Yasrib, Madinah. Sementara perintah kewajiban yang lain, turun pada periode Madaniah, seperti perintah puasa, termasuk juga diperbolehkannya perang yang kita kenal dengan Perang Badar.
Khusus ibadah shalat adalah perintah ketika masih periode Makiah, setahun sebelum Rasulullah Saw hijrah ke Madinah. Ibadah shalat merupakan suatu kewajiban bersifat universal yang telah diwajibkan kepada umat-umat sebelum umat yang terakhir. Dan ternyata, shalat adalah wasiat terakhir sebelum wafatnya Nabi Muhammad Saw.
Beliau mengkhwatirkan masalah umat dan yang kedua masalah shalat. Itulah sebabnya, orang tua kita dahulu memberikan suatu pemahaman: senakal-nakalnya anak kita, asal shalat fardunya masih tertib, maka kenakalannya masih bisa dikendalikan. Karena pada saat tertentu, anak itu akan terus kembali teringat kepada Allah SWT, sehingga akan menjadi alat pengontrol yang paling bagus untuk anak-anak kita.
Dalam ayat lain dijelaskan bahwa shalat merupakan salah satu ciri utama dari orang yang bertakwa. Di awal surah Al-Baqarah, ciri-ciri orang muttaqin adalah mereka yang menegakkan shalat. Pada ayat yang lain dikatakan innashalata tanha ‘anil fahsya wal munkar yang berarti shalat berperan menjauhkan manusia dari perbuatan jahat, keji dan mungkar.
Terkadang ada juga yang bertanya, kenapa ada orang yang shalatnya bagus tetapi kemaksiatannya juga bagus? Ketika sedang beribadah di masjid khusyuk, tetapi ketika berbuat maksiat juga khusyuk? Hal ini dalam bahasa psikologi dinamakan split personality atau kepribadian yang pecah.
Berikutnya, orang yang melaksanakan ibadah shalat adalah ciri dari orang yang bahagia. Sehingga dapat diartikan bahwa orang yang tidak melaksanakan ibadah shalat menurut pemahaman ini, adalah orang-orang yang tidak bahagia. Seperti keterangan dalam awal surah Al-Mukminun, yaitu orang yang tidak melaksanakan ibadah shalat adalah orang-orang yang tidak bahagia.
Sering juga menjadi pertanyaan banyak orang, kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan ibadah shalat? Keutamaan dalam melaksanakan ibadah shalat adalah diawal waktu, maka usahakanlah kita melaksanakan ibadah shalat dengan baik termasuk diawal waktu dan dilaksanakan di masjid.
Syarat Sah Shalat
Syarat sah untuk melaksanakan ibadah shalat yang pertama, berkaitan dengan waktu masuknya shalat, kedua adalah suci dari hadast baik hadast besar maupun kecil, suci badan dan pakaian. Kemudian yang ketiga menutup aurat, keempat menghadap kiblat.
Kementerian Agama sekarang sangat berhati-hati berkaitan dengan arah kiblat. Jika orang dahulu shalat yang penting menghadap ke kiblat, padahal jika posisinya geser sedikit shalat kita tidak menghadap ke Masjidil Haram tetapi menghadap ke Moskov, Rusia.
Terdapat tiga kondisi atau keadaan shalat boleh tidak menghadap ke kiblat. Pertama, adalah dalam keadaan perang, hal ini berkaitan dengan dimana arah musuh. Kita mungkin shalatnya menghadap ke arah musuh karena sambil berhati-hati. Kedua, boleh tidak menghadap kiblat ketika shalat sedang diperjalanan. Terakhir, orang boleh shalat tidak menghadap kiblat jika tidak mengetahui arah kiblat. Dahulu, misalnya orang yang sedang tersesat di hutan dan tidak membawa kompas sehingga tidak bisa melihat arah mata angin, maka di situlah orang boleh berijtihad sendiri, shalat menghadap ke manapun, insyaallah diterima di sisi Allah SWT.
Shalat Khusyuk Menjadi Kunci Sukses dalam Hidup
Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat ke-110 memerintahkan antara shalat dan zakat menjadi suatu perintah yang disamakan. “Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu akan kamu dapatkan (pahalanya) di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.
Perintah shalat sering dihubungkan dengan perintah menunaikan zakat, hal ini berarti berkaitan dengan kekayaan seseorang. Dari sini dapat dirumuskan, bahwa orang yang shalatnya khusyuk, insyaallah akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT, sehingga akan menjadi orang yang kaya.
Jika semisal kita tidak dikaruniakan kekayaan oleh Allah SWT maka perintah yang berikutnya adalah perintah yang terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat ke-45. “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”. Maka, ketika kita menghadapi berbagai macam persoalan dalam kehidupan, solusi yang dapat kita lakukan dan kita miliki adalah menjadikan shalat dan sabar sebagai penolong dari segala macam permasalahan kehidupan.
Category : kolom
SHARE THIS POST