Puisi-puisi Shela Kusumaningtyas

slider
01 Maret 2020
|
1278

Menjajakan Iman

tubuh diseka air

debu bercampur nista terbilas

tujuh rongga terperciki

pinta melangit mengetuk pintu-pintu kabul

lalu berbaris mengatur posisi

pria wanita terhalang gorden supaya mata tak berkelana menaruh pikat

sebab pandang rawan tercegah untuk jatuh jadi degup

tangan merogoh gawai

mengumbar buai soal patuh

disertakan pula muka diri beratribut

banyak taat terjerembab dulang pujian

sehingga takwa mudah ditemukan

dalam sibakan manekin-manekin yang luruh riuh kerumun pembeli


 

Menumpahkan Sedih

Di atas pusaramu yang selalu basah

Oleh tangisku yang membuncah

Aku selalu dihinggapi rindu yang buta arah

Kepadamu yang jauh terpisah

Aku ingin bertukar kisah

Yang kulalui penuh resah

Hanya kamu yang dengarkanku tanpa lelah

Selalu pandu aku agar tak keliru langkah

Doakan aku tak berkubang dalam salah

Karena seringkali bertingkah

Dan didekap bingung yang gundah


 

Menyaingi Ibu

hari ini aku sombong

berkata lantang ingin menyaingi ibu

pagi benar ku sudah bangun

mata masih berontak

karena tidur begitu larut

ku seka muka supaya segar

harusnya aku rapikan kamar dulu

tapi lupa, biarkan saja

nanti juga bisa

rupanya ibu keburu masuk kamarku

tangannya gatal melihat sprei yang lepas di sudut-sudut kusur

sekejap rapi tiada merapal mantra

lalu giliran dapur yang ku sambung

melongok bahan makanan yang bisa diolah

oh rupanya sangat mudah

tinggal racik tuang sana-sini

lalu masukkan panci, rebus, dan angkat

singkat tanpa perlu potong-potong sayur dan uleg bumbu

sebab ibu sudah siapkan

ah mungkin kebetulan saja ibu rajin, pikirku begitu

ternyata aku terlalu acuh dengan ibu

ia punya kebiasaan pantang leha-leha sepulang kerja

lebih baik diisi dengan mengiris sayur dan mengepaknya ke dalam kontainer

supaya mudah kalau ingin masak

lalu ku bangunkan adik

kupingnya ku jejali usic paling kencang

tentu tentu bocah sd itu terperanjat dari tidurnya

namun diiringi teriakan kesal

dasar kakak

seperti ibu dong bangunkannya

usap pelan sembari berbisik

aku kabur, lepas dari tanggung jawab

ibu kembali mendatangi adik

memintanya tak usah marah

soalnya aku sedang latihan 

menjadi ibu 

 

belum dua jam aku jadi ibu

aku sudah menyerah

hal-hal kecil saja ku tak becus

amarahku sudah memuncak

padahal tanpa sadar, ada bantuan ibu

aku cuma bisa mematut

apa yang ku kerjakan?

hanya mencurahkan sedikit perhatian ke ibu saja tak mau

padahal ibu tak pernah menolak

ketika ia ku ajak bersandiwara

menutupi hobiku menari

pura-pura mengantarku les nyanyi, padahal aku pergi menari

supaya ayah tak marah

ibu jago jaga rahasia

ia juga paling pandai sembunyi

menutupi sakitnya memergoki

ada penyakit yang bersarang di tubuhnya

benar-benar picik

bila aku ingin mengalahkan ibu

ia selalu menang

melindungi kami 


 

Penggerutu

Keduanya bertekuk di atas perkabungan

Sesekali kalam mengulur ke langit

Meski tak pernah berhasil mengetuk pintu-pintu penyucian

Hanya singgah di lorong yang bersaput debu-debu gelegar

Mereka mengawang

Mematut diri di hadapan lengking-lengking yang tercekat


 

Petak yang Ramai

Pagi membangunkan jiwa yang menghampiri asal

Air mengguyur raga yang siap berdekap

Busa membilas daki 

Senyum terlebar menggurat di wajah insan yang pulang

Kaki melangkah menuju petak

Menyambangi mereka yang lelap terbaring

Mengusap lalu membisiki

Bahwa kasih selalu bertaut

Meski rangkul belum menjamah

Dan erat hanya berbayang tanpa jabat

Namun petak ini kembali gembira

Dari semula hening menunggu giliran

Kini riuh dengan mata yang memejam

Serta jemari yang menari

Dalam ujaran yang melangit

Petak kembali redup

Tatkala kemenangan berganti hari perjuangan

Kendati harap tetap dilambungkan

Kelak tahun yang datang ada yang menjumpa

Pemakaman Sendangguwo


Category : cerpen

SHARE THIS POST


ABOUT THE AUTHOR

Shela Kusumaningtyas

Seorang yang gemar membaca, menulis, berenang, dan jalan-jalan. Menulis menjadi sarana saya untuk mengabadikan berbagai hal. Menulis juga melatih saya untuk mengerti arti konsistensi dan pantang menyerah. Telah menerbitkan dua buku di Ellunar Publisher, kumpulan puisi berjudul Racau dan kumpulan opini berjudul Gelisah Membuah.