Puisi-puisi Impian Nopitasari
Pageblug
Pada sebuah pagi, segelas wedang rempah kemebul
Thibbil quluub tidak henti dilantunkan
Siang menjelang, sayur lodeh pitulungan menjadi wasilah
Surup mereda, ratibul haddad mengetuk pintu langit
Li khomsatun menghiasi malam, mengelilingi desa
Kidung rumeksa ing wengi terdengar sayup-sayup
Negeri ini didoakan wali-wali
Duh Gusti, angkatlah pageblug ini
(Gondangrejo, 26 Maret 2020)
Di Jalan Munggur
: Wolupapat
Ada bau iwak manyung dan sambel pecak
Tidak ketinggalan pedasnya megono dari gori pilihan
Canda tawa dan harapan-harapan menjadi bumbu
Kasur tipis ijo selalu dirindu
Wajah sumringah ketika ingat shalawat burdah
Dilantunkan bersama di ruang tengah
Di jalan Munggur, diri ini bersyukur
Banyak cinta di Condongcatur
(Gondangrejo, 26 Maret 2020)
Yang Bisa Kuingat di Demangan
: MJS
Sebuah tempat yang dikenal dengan ngaji rutinan
Di setiap Rabu malam
Tidak ada yang bertanya, ingin memperdalam filsafat
Atau hanya mencari kudapan
Tidak jarang hanya kantuk yang didapatkan
Yang bisa kuingat di Demangan
Pohon sukun yang tinggi menjulang
Sandal yang tertata setelah sebelumnya berserakan
Atau mie ayam ijo yang lama tak kumakan
Di sebuah ruangan penuh buku, aku pernah menggigil
Pernah didaulat untuk membual
Pernah mencicip oseng kacang yang enaknya tak kepalang
Serta teh yang manisnya keterlaluan
(Gondangrejo, 26 Maret 2020)
Sebuah Malam di Kartasura
: Wedangan Kang Kaji
Sering menjadi satu-satunya perempuan
Di majelis kaum Adam, malam-malam
Tak jarang sampai sepertiga malam
Demi bisa mendaras buku di ruangan belakang
Belajar ilmu agama, menggosipkan negara atau hanya menggambar bersama Ashfa
Teh panas, tempe goreng, dan sukun goreng menjadi pelampiasan
Ketika obrolan sering membuatku tak paham
Kangen itu menjelma doa
Semoga masih ada malam-malam lain yang bisa kuceritakan
(Gondangrejo, 26 Maret 2020)
Di Menara, Siang Itu
Rela kutempuh perjalanan dari Kota Bengawan
Demi rindu padamu, Njeng Sunan
Tepat azan Zuhur berkumandang, kuinjakkan kakiku
Di depan Al Quds yang megah
Jatuh air mata ini di dekat pusaramu, Njeng Sunan
Banyak ketakutan yang tak bisa kujelaskan
Di Menara, siang itu
Kulepaskan kangenku dengan membeli martabak telur puyuh
Menunggu teman mengajakku membaui aroma kretek
Mencicipi soto kebo
Membincangkan segala hal di kota ini
Di Menara, siang itu ...
(Gondangrejo, 26 Maret 2020)
Category : cerpen
SHARE THIS POST