Puisi-puisi Impian Nopitasari

slider
28 Maret 2020
|
1403

Pageblug

Pada sebuah pagi, segelas wedang rempah kemebul

Thibbil quluub tidak henti dilantunkan

Siang menjelang, sayur lodeh pitulungan menjadi wasilah

Surup mereda, ratibul haddad mengetuk pintu langit

Li khomsatun menghiasi malam, mengelilingi desa

Kidung rumeksa ing wengi terdengar sayup-sayup

Negeri ini didoakan wali-wali

Duh Gusti, angkatlah pageblug ini

(Gondangrejo, 26 Maret 2020)


 

Di Jalan Munggur

: Wolupapat

Ada bau iwak manyung dan sambel pecak

Tidak ketinggalan pedasnya megono dari gori pilihan

Canda tawa dan harapan-harapan menjadi bumbu

Kasur tipis ijo selalu dirindu

Wajah sumringah ketika ingat shalawat burdah

Dilantunkan bersama di ruang tengah

Di jalan Munggur, diri ini bersyukur

Banyak cinta di Condongcatur

(Gondangrejo, 26 Maret 2020)


 

Yang Bisa Kuingat di Demangan

: MJS

Sebuah tempat yang dikenal dengan ngaji rutinan

Di setiap Rabu malam

Tidak ada yang bertanya, ingin memperdalam filsafat

Atau hanya mencari kudapan

Tidak jarang hanya kantuk yang didapatkan

Yang bisa kuingat di Demangan

Pohon sukun yang tinggi menjulang

Sandal yang tertata setelah sebelumnya berserakan

Atau mie ayam ijo yang lama tak kumakan

Di sebuah ruangan penuh buku, aku pernah menggigil

Pernah didaulat untuk membual

Pernah mencicip oseng kacang yang enaknya tak kepalang

Serta teh yang manisnya keterlaluan

(Gondangrejo, 26 Maret 2020)


 

Sebuah Malam di Kartasura

: Wedangan Kang Kaji

Sering menjadi satu-satunya perempuan

Di majelis kaum Adam, malam-malam

Tak jarang sampai sepertiga malam

Demi bisa mendaras buku di ruangan belakang

Belajar ilmu agama, menggosipkan negara atau hanya menggambar bersama Ashfa

Teh panas, tempe goreng, dan sukun goreng menjadi pelampiasan

Ketika obrolan sering membuatku tak paham

Kangen itu menjelma doa

Semoga masih ada malam-malam lain yang bisa kuceritakan

(Gondangrejo, 26 Maret 2020)


 

Di Menara, Siang Itu

Rela kutempuh perjalanan dari Kota Bengawan

Demi rindu padamu, Njeng Sunan

Tepat azan Zuhur berkumandang, kuinjakkan kakiku

Di depan Al Quds yang megah

Jatuh air mata ini di dekat pusaramu, Njeng Sunan

Banyak ketakutan yang tak bisa kujelaskan

Di Menara, siang itu

Kulepaskan kangenku dengan membeli martabak telur puyuh

Menunggu teman mengajakku membaui aroma kretek

Mencicipi soto kebo

Membincangkan segala hal di kota ini

Di Menara, siang itu ...

(Gondangrejo, 26 Maret 2020)


Category : cerpen

SHARE THIS POST


ABOUT THE AUTHOR

Impian Nopitasari

Pehobi sepeda dan pecandu kereta. Berjaga di Buletin Sastra Pawon Solo. Menulis fiksi dalam bahasa Indonesia dan Jawa. Kumpulan cerita cekaknya, Kembang Pasren terbit September 2017 oleh penerbit Garudhawaca, Yogyakarta. Saat ini sedang mempersiapkan buku keduanya, kumpulan wacan bocah, cerita anak berbahasa Jawa.