Perempuan Penyokong Peradaban

slider
20 Juli 2020
|
1878

Siang dan malam kamu terus berjuang, berharap mampu memperbaiki akhlak seorang perempuan dan menyucikan amal perbuatannya melalui dirimu. Akan lebih baik kiranya kalau kamu memperbaiki akhlakmu melalui dia, ketimbang memperbaiki akhlaknya melalui dirimu. Ubahlah dirimu dengan perantara dia.
— Maulana Jalaludin Rumi, Fihi Ma Fihi

***

Ada salah satu cerita menarik dari Guru Niam Muiz. Ia bercerita suatu ketika Gus Dur dan salah seorang santri sedang berbincang-bincang di sebuah warung nasi yang berada di depan sebuah kampus. Gus Dur bertanya kepada santri tersebut, "Kamu suka menulis?"

"Tidak Gus, tulisan saya buruk sekali. Saya mencoba menulis puisi dan cerita pendek, tapi hasilnya benar-benar buruk," jawab santri tersebut.

Mendengar itu, Gus Dur malah meresponnya dengan jawaban yang tidak diduga sebelumnya. Kata Gus Dur, "Rupanya kamu belum pernah dilukai seorang wanita, makanya tulisanmu tidak bagus."

“Lho, apa maksudnya Gus? Apa hubungannya hati yang terluka oleh wanita dengan tulisan yang buruk? Kalau memang hati lelaki yang dilukai wanita itu bisa mempengaruhi hasil tulisan menjadi lebih bagus, seharusnya para laki-laki yang hatinya sering terluka dan para tuna asmara banyak yang menjadi sastrawan. Karena mereka dengan gemulai bisa menulis sesuatu secara puitis,” sangkal santri itu.

***

Selain itu, ada cerita lain yang datang dari salah satu tokoh filsuf kenamaan, yakni Socrates. Ia dikenal sebagai bapak filsafat yang sering keliling kota Athena dan suka bertanya banyak hal kepada orang-orang yang di temuinya.

Socrates memiliki seorang istri bernama Xanthippe yang berperangai galak, judes, cerewet dan pemarah. Socrates kerap berdebat dengan Xanthippe di rumahnya. Perdebatan itu biasanya dipicu oleh Socrates yang sering pulang tanpa membawa uang dan hanya memberi pujian kepada istrinya.

Socrates memang sangat miskin pada saat itu. Ia selalu menggunakan jubah kumal yang tidak pernah diganti. Ia juga kerap berjalan menyusuri kota Athena tanpa alas kaki. Meskipun ia dikenal sebagai orang yang bijaksana dan dianggap sebagai guru oleh orang-orang Athena, namun ia tidak pernah meminta bayaran sedikitpun kepada muridnya. Tak seperti kaum shopies yang selalu memungut bayaran mahal kepada muridnya. Socrates malah memberikan ilmunya secara cuma-cuma kepada tiap orang yang ia temui.

Kendati demikian, orang-orang di sekitar Socrates menganggap bahwa ia telah menikahi seorang nenek sihir. Setiap kali Socrates ditanya kenapa ia mau menikahi wanita yang cerewet dan pemarah? Ia menjawabnya dengan tenang, "Pelatih kuda, harus bisa menjinakkan kuda." Konon, salah satu alasan ia memilih Xanthippe adalah untuk melatih kesabarannya guna menaklukan hal-hal buruk dalam dirinya.

Alhasil, karena Socrates sudah sering berdebat dengan istrinya, ia menjadi seorang yang piawai dan selalu menang berdebat dengan orang-orang Athena. Ia juga menjadi orang yang penyabar dan ramah terhadap semua orang. Meskipun akhirnya, ia dituduh telah meracuni pikiran anak muda dan mengingkari para dewa hingga membuatnya harus memilih satu diantara dua pilihan yang sulit, meninggalkan aktifitas filosofisnya atau dihukum mati. Namun Socrates memilih dihukum mati dengan menenggak racun yang membuat istri dan murid-muridnya menangis berduka.

Xanthippe sendiri memang dikenal perempuan yang mudah marah dan tak tahu apa-apa terdadap segala sesuatu yang dikerjakan suaminya. Namun keberadaan Xanthippe justru memicu Socrates menjadi pemikir besar dan dikenang selama berabad-abad. Salah satu kutipan menarik pernah ditulis oleh Darmila Wati di kompasiana. Berikut kutipan lengkapnya:

“Xanthippe hanya perempuan biasa. Yang bisa jadi seperti kita. Dia berbicara seburuk dalam cerita sastra dan buku sejarah. Ia pendamping Sang Filosof besar hingga maut dipindahkan. Ia tidak sesuci Fathimah yang bahkan hanya api pergi saja darinya. Dan secerdas Asyiah yang tahu kebenaran Ilahi bahkan dalam kabut hitam yang bisa ditanyakan.”

***

Nah selain dua cerita di atas, ada banyak manusia yang menjadi besar karena kontribusi yang tidak sedikit dari seorang perempuan. Misalnya Ibnu Arabi yang merupakan tokoh sufi besar dalam tassawuf Islam. Ia memiliki guru perempuan, diantaranya Fakhr an-Nisa, Qurrah al-Ain, Sayyidah Nizham (Lady Nizham). Ia juga pernah memuji Sayyidah Nizham, “Wajahnya jelita, tutur bahasanya lembut, otaknya sangat cemerlang, kata-katanya bagai untaian kalung yang gemerlap penuh keindahan dan penampilannya benar-benar anggun. Jika dia bicara semua yang hadir menjadi bisu.”

Kemudian ada penyair besar seperti Kahlil Gibran yang seringkali membuat surat cinta kepada wanita pujaannya, May Zaidah, sampai akhir hayatnya. Ada juga Nizam Qabbani, penyair asal Syria yang juga menulis dua buku puisi tentang kelembutan perempuan. Kedua buku itu berjudul “Sejarah Perempuan” dan “Aku Bersaksi Tiada Perempuan Selain Engkau.”

Oleh karena itu, perempuan dengan segala eksistensinya, sedikit banyak turut menjadi motor penggerak kemajuan umat manusia. Kendati posisinya sebagian besar masih berada di belakang layar, mendapat stereotipe negatif, dan kurang diperhatikan. Namun nyatanya melalui kisah-kisah di atas, perempuan bisa menjadi bukti bahwa slogan “perempuan selalu benar” perlu direvisi ulang menjadi “perempuan sebagai salah satu penyokong peradaban.”

Daftar Pustaka :
[1.] Wikipedia, Xanthippe
[2.] Wanti, Darmila. 2017. Xanthippe, Socrates Perempuan Paling Mencintai. https://www.kompasiana.com/sonne/xanthippe-perempuan-paling-mencintai-socrates_58d68c8343afbd1f0e312fe5
[3.] Muhammad, Husein. 2019. Ibnu Arabi Ngaji Kepada Perempuan. https://alif.id/read/husein-muhammad/ibnu-arabi-ngaji-kepada-perempuan-b218484p/
[4.] Mubit, Rizal. 2018. Menjadi Wali Karena Sabar Menghadapi Istri. https://alif.id/read/rizal-mubit/menjadi-wali-karena-sabar-menghadapi-istri-b212327p/
[5.] Rumi, Jalaluddin. 2018. Fihi Ma Fihi (Mengarungi Samudera Kebijaksanaan). Yogyakarta : Penerbit Forum
[6.] Faiz, Fahruddin. 2019. Dunia Cinta Filosofis Kahlil Gibran. Yogyakarta : MJS Press


Category : kolom

SHARE THIS POST


ABOUT THE AUTHOR

Rizki Eka Kurniawan

Lahir di Tegal. Seorang pembelajar psikologi dan filsafat Islam. Aktif dalam Forum Sinau Bareng Poci Maiyah Tegal.