Pemuda Adalah Koencji
28 Oktober 2017
|
1031
Dua puluh delapan Oktober merupakan salah satu hari bersejarah bagi bangsa ini. Bagaimana tidak, jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dirumuskan dan dikumandangkan, para pemuda menggelar kongres. Muktamar para pemuda itu pun mewujud satu peristiwa sakral dan bersejarah sebagai bentuk kebangkitan pemuda Indonesia. Berkumpulnya para pemuda dari berbagai wilayah, etnis, suku, pada 27ÔÇô28 Oktober 1928 di Batavia, ketika itu, bertujuan untuk menyelenggarakan Kongres Pemuda II. Musyawarah ini merupakan tindak lanjut Kongres Pemuda I yang diselenggarakan dua tahun sebelumnya. Kongres Pemuda II melahirkan sebuah keputusan yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Ada tiga poin pokok yang ditegaskan pada keputusan tersebut. Pertama, cita-cita pemuda untuk membentuk tanah air bernama Indonesia. Kedua, cita-cita pemuda untuk memperjuangkan berdirinya sebuah bangsa yang bernama bangsa Indonesia. Ketiga, cita-cita pemuda untuk menjadikan sebuah bahasa sebagai bahasa persatuan tanah air dan bangsa Indonesia, yakni bahasa Indonesia. Kini, sudah 89 tahun peristiwa itu berlalu. Cita-cita para pendahulu itu sudah terwujud, yakni berdirinya Indonesia dan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengikat dari berbagai rumpun suku bangsa yang mendiami Nusantara. Hanya saja, yang menjadi persoalan, apakah pemuda hari, sebagai generasi penerus bangsa, sadar akan amanah yang mereka emban? Memang agak sulit menjawab pertanyaan itu. Namun, tampaknya para pemuda saat ini telah dininabobokkan oleh arus zaman. Hal ini terlihat bagaimana mereka mulai setapak demi setapak melupakan perjuangan serta sejarah para moyang mereka. Meski setiap tahun memperingati Sumpah Pemuda, namun sanggupkah pemuda masa kini memberikan makna baru atas peristiwa bersejarah Sumpah Pemuda? Apa kabarmu hari ini, wahai pemuda? Masihkah semangat yang diwariskan para leluhur tertancap dalam sanubarimu? Penjaga nyala api nasionalisme Demi semangat perjuangan para pendahulu kita, sudah sepantasnya para pemuda menjadi penghidup dan pengobar kembali semangat perjuangan bangsa. Di tangan pemudalah, masa depan bangsa ini dipertaruhkan. Di tangan pemudalah, tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia dipercayakan nasibnya. Menurut Anhar Gonggong, sejarawan Indonesia, beberapa tahun yang lalu, ketika menyororti soal pemuda, paling tidak ada dua tipologi pemuda. Pertama, pemuda sebagai penentu sejarah. Yakni, para pemuda yang memiliki pemikiran-pemikiran serta gagasan-gagasan demi masa depan bangsa. Tentu saja, sudah menjadi kewajiban bagi para pemuda Indonesia supaya mampu melahirkan gagasan-gagasan baru. Semua itu demi tercapainya cita-cita mulia, yaitu Indonesia yang lebih beradab, Indonesia yang gemah ripah loh jinawi. Dari gagasan-gagasan baru itu, yang didasari semangat dan perjuangan dalam kebersamaan, para pemuda Indonesia dituntut untuk melakukan aksi-aksi nyata demi memperjuangkan cita-cita mulia tersebut. Saya kira, Indonesia hari ini dan ke depan masih memiliki bibit-bibit unggul sebagai generasi penerus bangsa. Sehingga, dari mereka, nantinya mampu menyajikan sejarah-sejarah baru. Dari tangan-tangan mereka itulah, nantinya Indonesia dapat benar-benar menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur. Kedua, pemuda sebagai pengisi sejarah. Maksudnya, para pemuda yang memiliki tekat dan kemauan yang kuat, berpartisipasi serta berkontribusi dalam memperjuangkan tercapainya cita-cita bangsa. Pemuda sebagai pengisi sejarah adalah para pemuda yang tak hanya memiliki ide dan gagasan lalu membiarkan ide dan gagasan itu berlalu begitu saja, layaknya kapas yang tertiup angin. Namun, mereka siap melangkah bersama, berjuang bersama, memperjuangkan pencapaian-pencapaian baru demi esok yang lebih baik. Di sinilah para pemuda dituntut tak hanya mencetuskan gagasan-gagasan cemerlang, tetapi juga ikut serta mencapai kegemilangan gagasan-gagasan tersebut. Sebagai pemuda, menjadi suatu keharusan untuk melahirkan gagasan-gagasan baru sebagai bentuk pengabdian kepada bangsa ini. Jangan cuma menjadi penonton sejarah. Indonesia tidak lahir dari sebuah dongeng fiktif. Sebaliknya, bangsa ini lahir dari perjuangan panjang yang nyata. Jika ratusan tahun yang lalu dari tanah Nusantara telah melahirkan Gajah Mada yang begitu hebatnya. Jika puluhan tahun yang lalu Indonesia telah melahirkan sosok-sosok pejuang, seperti Jendral Soedirman. Maka, saya pun yakin, hari ini Indonesia masih dapat melahirkan sosok-sosok yang mampu bersumpah dan berjiwa besar yang sama, bahkan melebihi, kedua sosok tersebut. Dengan semangat Sumpah Pemuda yang ke-89 ini, diharapkan dapat membangkitkan kembali kematisurian para pemuda, serta dapat memompa kembali semangat perjuangan mereka. Sehingga benar-benar akan terlahir Gajah Mada-Gajah Mada baru yang dapat memperjuangkan cita-cita mulia, membentuk Indonesia baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, Indonesia yang benar-benar gemah ripah loh jinawi, yang adil dan beradab. Dengan semangat Sumpah Pemuda pula, diharapkan, mampu membangunkan para pemuda dari tidur nyenyak mereka. Menyadarkan dan membangkitkan mereka menjadi penentu dan pengisi sejarah baru, bukan sebagai penonton dan penyorak zaman. Syubbaan al-yaum rijaal al-ghadd, pemuda hari ini adalah tokoh di masa depan. Patut kita ingat lekat-lekat, siapa lagi yang akan meneruskan perjuangan para pendahulu bangsa ini jika bukan para pemuda? Siapa lagi yang akan menjadi Gajah Mada dan Jendral Soedirman selanjutnya jika bukan engkau, wahai para pemuda!
Category : kolom
SHARE THIS POST