Kesultanan Banten

slider
slider
25 April 2020
|
1707

Kesultanan Banten didirkan oleh Sunan Gunung Djati pada tahun 1524 M. Kesultanan ini dulunya menjadi bagian dari wilayah Kerajaah Hindu Pakuan Padjajaran. Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Djati, memerintah Banten selama 18 tahun (1552 M-1570 M). Di bawah pemerintahannya, Kesultanan Banten berkembang menjadi kerajaan besar sekaligus pusat penyebaran Islam. Kekuasaannya meluas sampai ke Lampung dan Sumatra Selatan.

Pada 1638 M, Raja Banten Abdul Qadir (1626 M-1651 M) mendapat gelar sultan dari syarif Makkah. Gelar lengkapnya adalah Sultan Abu al-Mafakhir Abdul Qadir. Gelar ini merupakan hasil misi khusus yang dikirimkannya ke sana. Sebagai tanda gelar itu telah diterimanya, ia mendapatkan bendera dan pakaian suci. Sejak itulah ia menjadi raja pertama di Pulau Jawa yang bergelar sultan dan diakui dunia Islam internasional.

Setelah kekuasaan Abdul Qadir berakhir, ia digantikan oleh putranya, Sultan Ageng Tirtayasa (1651 M-1683 M). Pada masa ini Kesultanan Banten mencapai puncak kejayaannya. Banyak orang Banten berniaga dengan para pedagang dari Inggris, Denmark, China, Vietnam, India, Persia, Filipina, dan Jepang. Armada perangnya tergolong modern pada zaman itu, karena meniru kapal Eropa. Kesultanan Banten berakhir setelah terjadi perang saudara pada 1682 M dan campur tangan Belanda. Beberapa peninggalan Kesultanan Banten antara lain Masjid Agung Banten, Keraton Kaibon, Masjid Kasunyatan, dan Keraton Surowasan.

Sumber: Eksiklopedi Islam untuk Pelajar, 1 Abb-Bru (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2002), hlm. 101.


Category : keislaman

SHARE THIS POST


ABOUT THE AUTHOR

Redaksi MJS

Menuju Masjid Membudayakan Sujud