Jumat Itu
Jumat Itu
Hari terakhir di kota itu.
Menjadi rihlah terakhirnya pula di dunia ini. Menjadi dukacita seluruh manusia yang manusiawi.
Jumat itu
Tiba waktu mengucap selamat tinggal. Terasa mudah. Saat tahu bahwa akan segera kembali dan akan bertemu lagi.
Bertemu lagi di rumah untuk meninabobokan bersama kisah Ashhabul Kahfi. Seperti janji sang ayah ketika pamit shalat Jumat. Ganjilnya, tangan kecil itu seolah membolehkannya pergi dengan begitu berat.
Jumat itu
Segala penjuru masjid dipenuhi peluru. Jiwa-jiwa yang tersesat, penuh keganasan, dengan kejinya menembaki jamaah yang melangkahkan kaki ke rumah-Mu.
Jumat itu
Bersama doa-doa yang terus mengalir menguatkan, dengan mengabaikan segala kemarahan, kecaman, dan kutukan yang ingin sekali diluapkan, seorang ibu yang dalam emosi tertahannya, dalam remuk hatinya, dalam gigil tubuhnya, harus tega mengajarkan cara meneteskan air mata keikhlasan sedini itu kepada putri kecilnya.
Jumat itu
Puluhan gadis kecil yang sedang menanti-nanti, hanya bisa menatap ke luar, sampai sang ibu mengelus kepalanya yang termangu, dan mengatakan bahwa mereka telah 'kembali'.
Batang, 12 April 2019
Category : cerpen
SHARE THIS POST