Filosofi Kopi dan Seni Memaknai Hidup

slider
slider
09 April 2020
|
5364

Pahit, bikin kembung, menimbulkan karang gigi atau membuat gigi menjadi kuning adalah bagian dari efek mengkonsumsi kopi. Kopi juga dapat membuat orang insomnia yang berasal dari kandungan kafein dalam kopi apabila di konsumsi secara berlebihan. Meskipun demikian, ada juga sisi positif dari kopi. Salah satunya adalah merangsang urat saraf untuk tetap fokus dalam beraktivitas.

Bagi sebagian orang, kopi tidak hanya sebatas minuman biasa, tetapi dapat dimaknai sebagai teman, sahabat, dan guru yang dapat menginspirasi di tengah kejenuhan menjalani kehidupan. Bahkan dibeberapa daerah, minum kopi menjadi bagian dari sebuah tradisi intelektual, termasuk dalam mengerjakan tugas, berdiskusi, rapat organisasi, dan lain sebagainya sambil meminum secangkir kopi.

Bubuk hitam itu (kopi) menjadi magnet yang dapat menyihir para pecintanya, baik dari kalangan muda maupun yang lebih senior. Dari kafe kekinian hingga angkringan, tak menyulutkan semangat penikmat untuk menyeruputnya, dan mampu menciptakan suasana yang hangat dan mengakrabkan. Karena kopi tak pernah memilih siapa yang layak untuk meminumnya, sebab dihadapan secangkir kopi, kita semua sama saja.

Kopi pun dimaknai oleh sebagian orang sebagai seni untuk menikmati hidup, karena kopi itu sangat berkarakter dan memiliki filosofinya sendiri. Misalnya cappucino, memiliki makna bagi orang yang menyukai kelembutan sekaligus keindahan. Seorang penikmat cappucino sejati, akan memandangi penampilan yang terlihat pada cangkir sebelum mencicipnya, dan dibutuhkan standar dan penampilan yang tinggi, dan tidak boleh kelihatan sembarangan. Apabila dari pandangan pertama sudah kelihatan acak-acakan dan tak terkonsep, bisa-bisa penikmat tidak mau meminumnya.

Berbeda dari cappucino, kopi tubruk memiliki makna yang lain lagi. Kopi tubruk bisa jadi bermakna lugu, sederhana, tapi sangat memikat apabila kita mengenalnya lebih dalam. Kopi tubruk tak memerdulikan penampilan, kasar, dan membuatnya pun sangat cepat. Tapi tunggu sampai Anda menghirup aromanya. Kedahsyatan kopi tubruk terletak pada temperatur, tekanan, dan urutan langkah pembuatan yang tepat. Semua itu akan sia-sia kalau Anda kehilangan tujuan sebenarnya, yaitu aroma.

Dalam buku Filosofi Kopi (2016) karya Dee Lestari, ada salah satu kopi yang melambangkan arti dari kesuksesan, yakni semacam wujud kesempurnaan hidup yang dibuat oleh Ben, seorang barista sekaligus pecinta kopi yang tergila-gila dan tersihir pada kopi. Kemudian hasil racikan dan ramuan kopinya dinamai Ben’s Perfecto. Kopi tersebut pun melambangkan kesungguhan, ambisi, dan cita-cita karena dibuat setelah Ben mendapat tantangan dari pengunjung seorang laki-laki berusia 30 tahun dengan imbalan 50 juta.

Di sisi lain, ada juga kopi yang dapat menciptakan suasana menjadi seger, tentrem, sabar, tenang, dan kangen. Namanya kopi tiwus yang dibuat di pedesaan. Dari kopi tiwus memberikan arti bahwa sesempurna apa pun kopi yang kita buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin disembunyikan. Dari sanalah kehebatan kopi tiwus, memberikan sisi pahit yang membuat kita mampu mundur selangkah untuk maju sepuluh langkah.

Seni adalah sesuatu harus dipelajari terlebih dahulu. Kemudian dipahami dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Tak hanya berhenti pada ranah teori, tapi berlanjut pada ranah aksi. Begitu juga dengan makna hidup, bukan hanya pengertain tentang makna, tapi bagaimana mampu memaknai. Hari ini sebagian orang fokus mencari apa yang ia sukai dan apa yang ia cintai. Padahal untuk menjadi pribadi yang mencintai, fokuslah pada bagaimana cara mencintai dan memaknai hidup yang baik. Jadi, hidup itu bukan urusan seperti apa menjalani hidup, tetapi urusan bagaimana cara memaknai hidup.

Kehidupan merupakan sebuah dialektika antara kesengajaan dan ketaksengajaan, kebebasan dan keniscayaan. Di satu pihak kita adalah tuan atas diri kita dan di lain pihak kita ditentukan oleh hal-hal di luar kendali kita. Kita bukan hanya makhluk berpikir semata, melainkan juga bertubuh dan mendunia. Maka kehendak kita dalam ketiga modusnya, yakni keputusan, gerak tubuh, dan persetujuan, diwarnai tegangan antara kebebasan dan keniscayaan.

Filosofi kopi dan seni menikmati hidup merupakan dua sisi yang secara tidak langsung memiliki relevansi yang saling terhubung satu sama lain. Dari secangkir kopi, kita dapat menangkap makna dan arti dari menjalani kehidupan. Terkadang kita harus seperti cappucino yang menyukai pada kelembutan dan keindahan.

Dalam menjalani persahabatan, kita juga mesti memiliki sifat seperti kopi tubruk yang bermakna lugu, sederhana, tapi sangat memikat apabila kita mengenalnya lebih dalam dan akan susah untuk melupakan aromanya yang harum. Dari secangkir kopi, kita juga dapat belajar bahwa yang hitam tak selalu kotor dan yang pahit tak selalu menyedihkan.

Bagi seseorang yang memiliki ambisi dan cita-cita, harus belajar pada kopi Ben’s Perfecto: wujud dari kesempurnaan hidup adalah sukses.

Apa pun arti yang kita temui dan maknai dari secangkir kopi, kopi tetaplah kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin bisa disembunyikan. Begitu pula dengan hidup, pasti ada pahitnya, hanya saja tinggal bagaimana kita memaknai hidup dan menjalaninya.


Category : kolom

SHARE THIS POST


ABOUT THE AUTHOR

Asep Saepullah

Mahasiswa Pascasarjana Aqidah dan Filsafat Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta