Urip-urip Ngaji Filsafat

15 November 2017
|
4330

Sebelumnya, saya ingin mengatakan perihal tulisan ini dimaksudkan sekedar untuk mengembalikan ingatan saya lagi, bukan mengurui, tapi sekedar berbagi. Terutama karena terkait gelaran Ngaji Filsafat di Masjid Jendral Sudirman, yang sudah berlangsung empat kali Lebaran, sampai malam Rabu kamarin masih konsisten berjalan. Cuma saya hadir pada awal-awal saja, tidak setiap waktu, lantaran saya sudah tidak lagi bermukin di Yogyakarta. Saya awam soal filsafat, sampai kemudian sedikitlah tahu, tahu sedikit-sedikit, sejak ikut Ngaji Filsafat yang diampu oleh Dr. Fahruddin Faiz. Tulisan ini pun tidak murni mengucur seratus persen dari saya, sedikit banyak mengambil dari rujukan yang ada, termasuk juga dari power point dan rekaman hasil Ngaji Filsafat. Ya, di dalam bahasa Inggris, istilah filsafat dikenal dengan Philosophy. Istilah tersebut diadopsi dari bahasa Yunani, yaitu Philosophia. Philosophia secara harfiah dimaknai mencintai kebijaksanaan. Orang yang sedang berfilsafat biasanya disebut filosof. Istilah Philosophia digunakan oleh Phytagoras (sekitar abad ke-6 SM). Makin populer ketika zaman Socrates dan Platon. Untuk memahami definisi filsafat memang tidak cukup dengan mengatahui dua kata asal Philosophia itu: philo dan shopia. Karena definisi filsafat cukup banyak sekali , bahkan bisa jadi sebanyak jumlah filosof itu sendiri. Sepintas jika dilihat dari akar katanya, bisa ditebak kalau filsafat berasal dari peradaban Yunani. Namun sejatinya bukan orang Yunani yang merintis pemikiran filsafat di dunia. Ternyata di negeri-negeri lain, seperti Mesir, Cina dan India sudah lama mempunyai tradisi filsafat semasa atau sebelum orang Yunani kuno. WalaupunÔÇôseperti yang Endang Saefuddin Anshari terangkanÔÇômereka tidak mempergunakan kata Philosophia untuk maksud yang sama. Dalam khazanah intelektual Islam, ditemukan tiga istilah umum untuk filsafat. Pertama, hikmah. Istilah ini dipakai boleh jadi supaya kesannya filsafat bukan barang asing, akan tetapi berasal dari Al-Quran. Al-ÔÇÖAmiri mengatakan bahwa hikmah berasal dari Allah dan manusia yang pertama dikaruniai hikmah oleh Allah Swt. adalah Lukman al-Hakim. Sudah barang tentu tidak semua orang setuju dengan istilah ini, Imam al-Ghazali termasuk yang menentangnya. Menurut beliauÔÇôsebagaimana Adian Husaini katakanÔÇôistilah hikmah dalam Al-Quran ÔÇ£dikorupsiÔÇØ untuk kepentingan filosof, karena makna hikmah dalam Al-Quran itu bukan filsafat, melainkan Syariat Islam yang diturunkan Allah kepada para Nabi dan Rasul. Istilah yang kedua yaitu falsafah. Berbeda dengan kata ÔÇ£ilmuÔÇØ yang sering disebut dalam Al-Quran, tidak demikian dengan filsafat. Istilah falsafah sejatinya merupakan pinjaman atau serapan kata ke dalam kosakata bahasa Arab melalui terjemahan karya-karya Yunani kuno. Namun demikian kata tersebut menunjukkan makna berpikir filosofis yang banyak ditemukan dalam Al-Quran seperti kata afala taÔÇÖqilun, afala tubsirun, afala yanzurun dan sebagainya. Istilah ketiga, ÔÇÿulum al-awaÔÇÖil yang artinya ÔÇ£ilmu-ilmu orang zaman duluÔÇØ. Jadi filsafat ini dianggap ilmu-ilmu yang berasal dari peradaban kuno pra-Islam seperti India, Persia dan Yunani. Saya pikir jika melihat buku-buku sejarah peradaban Islam, kita akan paham betapa besarnya jasa ilmuwan Muslim dalam penerjemahan buku-buku Yunani kuno khususnya dalam persoalan filsafat. Tanpa jerih payah para pendahulu kita, Barat tidak akan mengenal filsafat yang telah lama terkubur karena kebijakan kaisar Justinianus. Selain menerjemahkan buku-buku filsafat, ilmuwan Muslim mengembangkannya, tidak meniru melainkan memodifikasinya dengan berbagai cara yang sejalan dengan semangat Islam. Para ilmuwan Muslim menjinakkan filsafat Yunani sehingga mudah dicerna oleh umat beragama. Di tangan ilmuwan Muslim, filsafat lebih ÔÇ£membumiÔÇØ. Ilmuwan Muslim tidak seperti para filosof Yunani yang dalam pernyataan Sir James JeansÔÇôseperti yang dikutip M. Syamsul HadyÔÇôÔÇ£memabukkan diri dengan berspekulasiÔÇØ, akan tetapi mereka melakukan penyelidikan empiris, melanjutkan spekulasi-spekulasi filosofis yang mereka terima dan kembangkan. Lantas siapakah filosof Muslim pertama di dalam Peradaban Islam? Abid Al-Jabiri menyebut Abu Yusuf Yaqub Ibn Ishaq al-Kindi sebagai filosof Muslim pertama. Pada masanya, al-Kindi terlibat secara langsung dalam konflik ideologi yang muncul, antara Muktazilah yang mempresentasikan ideologi negara, dengan penganut gnostis (irfani) dan pihak Sunni pada sisi lain. Al-Kindi berjuang di dua hal: melawan kaum gnostik dan menentang kekakuan para ahli hukum Islam. Kekakuan yang dimaksud ialah kebencian pada pemikiran filsafat. Sebagai tambahkan, mengenai seperti apa mazhab atau aliran dalam filsafat Islam? Siapa saja perintisnya? Menurut Haidar Bagir, sedikitnya ada lima aliran atau mazhab dalam filsafat Islam.┬á┬áPertama, Teologi Dialektik (Ilmu Kalam), kedua, Mazhab Peripatetisme (MasysyaÔÇÖIyyah), ketiga, Illuminisme┬á(Isyraqiyyah),┬ákeempat, Sufisme atau Teosofi┬á┬á(Tasawuf atau ÔÇÿirfan), khususnya yang dikembangkan oleh Ibnu Arabi;┬á┬ákelima, Filsafat Hikmah, (Al-hikmah Al-MutÔÇÖaliyyah) yang dikembangkan oleh Mulla Sadra. Sedangkan Sayyed Hossein Nasr berpendapat ada tiga mazhab dalam filsafat Islam, yakni Ilmuan-Filsuf, Illuminasionis dan Sufi. Mazhab pertama diwakili oleh Ibnu Sina (Avicenna), sedangkan yang kedua diwakili Suhrawardi dan terakhir, Mazhab Sufi diwakili oleh Ibnu Arabi. Begitulah kiranya┬áyang dapat saya tulis. Mudah-mudahan tidak menggarami lautan.

Category : catatan santri

SHARE THIS POST


ABOUT THE AUTHOR

Fadh Ahmad Arifan