Langkah Kanjeng Nabi Membangun Peradaban

slider
20 Oktober 2021
|
2325

Judul : Revolusi Sosial Muhammad ﷺ ǀ Penulis : Deden A. Herdiansyah ǀ Penerbit : Pro-U Media ǀ Cetakan : 2019 ǀ Tebal : 240 halaman ǀ ISBN : 978-623-7058-59-5

Saya berpegang pada keyakinan saya, dialah satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa dalam hal agama maupun hal duniawi.”

Begitu pengakuan Michael H. Hart dalam bukunya 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa. Hart beragumen bahwa kesuksesan dan pengaruh Kanjeng Nabi Muhammad begitu kuat menembus berbagai dimensi zaman. Padahal, berbeda dengan tokoh-tokoh hebat lainnya yang lahir dan besar di pusat peradaban, Kanjeng Nabi lahir dan tumbuh di Makkah pada 570 Masehi. Suatu tempat yang pada masa itu merupakan daerah yang belum tertata sedemikian rupa.

Lantas bagaimana Kanjeng Nabi Muhammad menancapkan pengaruh dan membangkitkan peradaban Islam menuju puncak kejayaan?

Lewat buku yang ditulis Deden Anjar Herdiansyah berjudul Revolusi Sosial Muhammad, kita akan dapat mengetahui gambaran ringkas langkah-langkah yang ditunaikan Kanjeng Nabi dalam rangka membangun peradaban Islam yang gemilang.

Buku ini tidak seperti buku-buku Sirah Nabawiyah pada umumnya, yang menceritakan peristiwa demi peristiwa secara kronologis. Fokus buku Revolusi Sosial Muhammad adalah menguraikan penyiapan, penyusunan, sampai pelaksanaan strategi dan langkah taktis perjuangan Kanjeng Nabi dalam membangun tamadun umat Islam.

Ada lima tahapan atau langkah yang dilalui Kanjeng Nabi dalam mewujudkan proyek pembangunan peradaban umat Islam (masyru’ fi bina’i hadharatil ummah al-islamiyyah).

Tahap pertama adalah penempaan diri. Tugas sebagai nabi penutup sekaligus utusan bagi seluruh umat, dan bertanggung jawab untuk menyempurnakan risalah Islam, merupakan tugas berat yang ada di pundak Kanjeng Nabi. Oleh karena itu, sebelum menjalankan misi dan menapaki jalan terjal perjuangannya, Allah menyiapkan dahulu pribadinya.

Seluruh peristiwa dalam alur kehidupan Kanjeng Nabi, terlebih yang berupa kesulitan-kesulitan hidup, merupakan skenario Allah untuk mendidik, membentuk, dan membekali pribadinya dengan berbagai kapabilitas dan sifat mulia (hlm, 21).

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Kanjeng Nabi bersabda, “Allah telah mendidikku dan Dia telah memberikan sebaik-baik pendidikan.”

Kepribadian mulia yang tertanam pada sosok Kanjeng Nabi itu yang menjadi fondasi kukuh kesuksesan pembangunan tamadun Islam. Sebab mustahil menciptakan tamadun yang luhur apabila perintis dan pemimpinnya tidak memiliki kapabilitas.

Kepribadian mulia itu juga yang menjadi bekal Kanjeng Nabi untuk melangkah ke proses selanjutnya, yaitu membentuk generasi pejuang. Sebab, sekalipun beliau adalah manusia sempurna, akan sulit untuk menegakkan supremasi Islam secara individual tanpa ada dukungan di belakangnya.

Lagi pula, Kanjeng Nabi memang bukan diutus untuk menguasai dunia seorang diri, tetapi beliau hadir membawa Islam untuk membimbing umat mengangkat derajat kemanusiaan di dunia.

Pada langkah kedua ini, kita akan membaca bagaimana cara Kanjeng Nabi mengajak orang-orang untuk memeluk Islam, baik dengan perilakunya (bil hal) maupun dengan tutur katanya (bil maqal) (hlm, 81).

Mulai dari Kanjeng Nabi mengajak orang-orang terdekat seperti istrinya, Khadijah binti Khuwailid, lalu Ali bin Abi Thalib (sepupu), Zaid bin Haritsah (putra angkat), dan Abu Bakar sahabatnya. Keempat orang pertama yang beriman (al-arba’ah al-awa’il) itu merupakan pilar penopang dakwah Kanjeng Nabi (hlm, 72).

Dari mereka jugalah jumlah orang yang beriman kepada Islam bertambah. Misalnya Abu Bakar, yang hanya dalam waktu relatif singkat berhasil mengajak beberapa orang Quraisy untuk beriman.

Nama-nama besar seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqash merupakan segelintir orang yang berhasil diajak Abu Bakar untuk memeluk Islam.

Selain menyerukan ajaran Islam kepada orang-orang, peran Kanjeng Nabi adalah memberikan pelajaran, pembinaan, dan bimbingan kepada sahabat dan pengikutnya.

Pada masa-masa awal kenabian, beliau secara rutin mengadakan pertemuan di rumah Arqam bin Abil Arqam (Darul Arqam). Pada pertemuan-pertemuan itu, beliau menanamkan nilai pokok ajaran Islam berupa akidah dan akhlak mulia sebagai landasan dalam penghambaan dan perjuangan mereka (hlm, 86).

Lewat tarbiah Kanjeng Nabi itu, para sahabat menjadi pribadi yang makin berkualitas. Barisan umat Islam menjadi lebih solid. Mereka juga tidak goyah saat diterjang berbagai rupa ujian dari orang-orang yang memusuhi Islam.

Dua langkah awal tersebut dilakukan Kanjeng Nabi ketika masih berada di Makkah. Dua langkah awal tadi juga merupakan penempaan dan persiapan, tiga langkah selanjutnya ialah penataan, pengembangan, dan realisasi peradaban Islam (hlm, 105).

Pada bagian-bagian selanjutnya, kita akan membaca langkah Kanjeng Nabi membangun peradaban saat telah hijrah ke Madinah.

Di Madinah Kanjeng Nabi disambut dengan hangat, kendati perjuangannya di Madinah tidak kalah berat ketimbang saat di Makkah. Misalnya, saat di Madinah peperangan untuk menjaga kedaulatan Islam mulai berkobar.

Berkali-kali Kanjeng Nabi dan para sahabat berusaha kuat menjaga eksistensi umat Islam dari pihak-pihak yang memusuhi.

Tercatat selama di Madinah, kaum muslim bertempur sebanyak 74 kali dan 24 diantaranya dipimpin langsung oleh Kanjeng Nabi. Artinya, jika dirata-rata, beliau berperang sebanyak tiga sampai empat kali dalam setahun (hlm, 154).

Begitu sepenggal ikhtiar Kanjeng Nabi untuk membangun peradaban Islam yang agung. Perjuangan demi perjuangan menghiasi kehidupannya. Ajakan demi ajakan untuk memalun Islam terus beliau sampaikan ke segenap penjuru dunia sampai akhir hayatnya.

Dengan bahasanya yang sederhana, buku Revolusi Sosial Muhammad bukan saja membuat kita bisa menyelami pribadi hebat Kanjeng Nabi, tetapi juga menuntun kita menapaki jalan juang beliau. Terutama terkait pembangunan peradaban. Terlebih ketika melihat kondisi peradaban Islam hari ini yang boleh dibilang sedang mengalami ketertinggalan.


Category : resensi

SHARE THIS POST


ABOUT THE AUTHOR

Febrian Eka Ramadhan

Peserta Kelas Menulis menemui senja di MJS Jilid #5. Lulusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNY. Penulis buku Satu Hal Yang Tak Boleh Sirna: Esai-Esai Pilihan (2022).