Dunia Cinta Jalaluddin Rumi

slider
27 April 2020
|
3937

Jalaluddin Rumi yang bernama lengkap Jalaluddin Muhammad bin Husyain al-Khatibi al-Bahri adalah seorang penyair sufi Persia terbesar sepanjang sejarah. Sebutan al-Rumi bagi Jalaluddin karena ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Konis, Turki, yang kala itu masih merupakan wilayah kekaisaran Byzantium yang disebut sebagai Romawi Timur. Rumi lahir pada 6 Rabiul Awal 604 H bertepatan pada 30 September 1207 M di Balkh, Afghanistan sekarang, meninggal pada 5 Jumadil Akhir 672 H bertepatan pada 16 Desember 1273 di Konya, Turki (Bahrudin Rifa’i, 2010: 105).

Sebagai seorang sufi sekaligus penyair, Rumi mengungkapkan gagasan-gagasannya dalam bentuk puisi, prosa puisi, khutbah, dan dialog. Karyanya sangat melimpah, yang paling termasyhur ialah Diwan’i Shamsi Tabriz (sajak-sajak puisi kepada Shamsi Tabriz), Matsnawi Ma’nawi (prosa lirik tentang makna-makna), Ruba’iyat (kumpulan sajak empat baris), Fihi maa Fihi (di dalam ada seperti yang di dalam), Makatib (kumpulan surat-surat Rumi kepada sahabat-sahabatnya), dan Majalis Sab’ah (himpunan khutbah Rumi di masjid-masjid dan halakah keagamaan).

Sekian banyak karya sastra sufistik, Rumi hanya mengedepankan sifat mahabahnya kepada Sang Maha Esa, yakni Allah yang ar-Rahman dan ar-Rahim. Kecintaanya kepada Sang Khalik ia guratkan dalam setiap tetesan tinta dalam karyanya. Bagi Rumi, sebelum Tuhan menciptakan segala sesuatu yang ada di dunia ini, terlebih dahulu Tuhan menciptakan apa yang namanya cinta. Tanpa cinta segala sesuatu tidak akan terwujud. Cinta bagaikan cahaya yang selalu memberikan terang di setiap kegelapan.

Cinta dan benci adalah satu kesamaan sifat yang hanya dipisahkan oleh benang merah yang tipis dan itu bisa membuat perbedaan yang amat meluas. Perasaan benci akan menimbulkan sikap yang amarah, kasar, iri hati, angkuh, bahkan sifat dingin akan tumbuh dalam diri seseorang. Jadi, perasaan semacam itu tidak baik ketika merasuk dalam jiwa kita sebagai mahluk Tuhan, Sang Maha Mahabah.

Karena itu, tubuh kita membutuhkan apa yang dinamakan cinta; rasa cinta dan kasih sayang yang dimiliki manusia. Sifat cinta dan welas asih ini akan melahirkan sikap harmonis kepada sesama manusia. Karena perasaan cinta merupakan modal awal dalam mewujudkan hubungan yang harmonis. Perasaan cinta juga dapat merubah segalanya menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan syair Jalaluddin Rumi berikut ini:

┘ç┘âÏ░Ϻ ┘è┘â┘ê┘å ┘ä┘äϼϺ┘åÏ¿ Ϻ┘äϼÏ│┘àϺ┘å┘è Ϻ┘ä┘àϺϻ┘è Ϭ┘ä┘â Ϻ┘ä┘éÏ▒Ï® Ϻ┘äϬ┘è Ï¿Ï¡┘ê┘ä ┘ü┘è┘çϺ Ϻ┘äÏ╣Ï┤┘é

Ϻ┘äÏÑ┘åÏ│Ϻ┘å ÏÑ┘ä┘ë ϡϺ┘ä ┘äϺ┘èÏ▒┘ë ┘ü┘è┘çϺ ┘å┘üÏ│┘ç ┘à┘å┘üÏÁ┘äϺ Ï╣┘å Ϻ┘ä┘àÏ¡Ï¿┘êÏ¿ Ï¡┘êϺÏ│Ϭ┘ç ┘à┘èÏ╣Ϻ

ϬÏ│ϬÏ║Ï▒┘é ┘ü┘è┘çÏî ┘à┘å Ï¿ÏÁÏ▒ ┘êÏ│┘àÏ╣ ┘êÏ┤┘à ┘êÏ║┘èÏ▒ Ï░┘ä┘â. ┘ê┘äϺ┘èÏÀ┘äÏ¿ Ï╣ÏÂ┘êϺ┘äϿϬϮϡϩÏó ϺϫÏ▒

┘à┘å┘üÏÁ┘äϺÏî Ï¿┘ä ┘èÏ▒┘ë  ┘â┘ä Ï╣ÏÂ┘ê Ϻ┘äÏúÏ╣ÏÂϺÏí ┘àϼϬ┘àÏ╣Ï® ┘ê┘èϼÏ╣┘ä┘çϺ ϡϺÏÂÏ▒Ï®. ┘ê┘ä┘êÏú┘å Ï╣ÏÂ┘êϺ ┘à┘å

┘çÏ░┘ç Ϻ┘äÏúÏ╣ÏÂϺÏíϺ┘äϬ┘è ÏúϬ┘è┘åϺ Ï╣┘ä┘ë Ï░┘âÏ▒┘çϺ ┘åϺ┘ä Ï¡Ï©┘ç Ϻ┘äϬϺ┘à ┘êÏúÏ»┘è ┘êÏ©┘è┘üϬ┘ç ┘âϺ┘à┘äÏ®

┘äϺÏ│ϬÏ║Ï▒┘éϬ Ϻ┘äÏúÏ╣ÏÂϺÏí Ϻ┘äÏúÏ«Ï▒┘ë ┘â┘ä┘çϺ ┘ü┘è ϬϼÏ▒ϿϬ┘çÏî ┘ê┘ä┘àϺÏÀ┘äÏ¿ ϬϡϩϺ ÏúÏ«Ï▒. Ïú┘àϺ ÏÀ┘äÏ¿

Ϻ┘äÏ¡┘è┘å ϡϩϺ  ÏúÏ«Ï▒ ┘à┘å┘üÏÁ┘äϺ ┘üÏ»┘ä┘è┘ä Ï╣┘ä┘ë Ïú┘å ┘çÏ░Ϻ Ϻ┘äÏ╣ÏÂ┘ê ┘ä┘àϺ┘èϺ Ï«Ï░ Ï¡Ï©┘ç Ϻ┘äÏ¡┘é┘è┘é┘è

┘êϺ┘äϬϺ┘à. ϺϫÏ░ ϡϩϺ┘åϺϪÏÁϺ ┘ê┘à┘å Ͻ┘à ┘ä┘à ┘èÏ│ϬÏ║Ï▒┘é ┘ü┘è Ï░┘ä┘â Ϻ┘äÏ¡Ï©Ïî ┘ç┘åϺ┘â Ï¡Ï│ ϺϫÏ▒

┘¥┘åÏ┤Ï» Ï¡Ï©┘çÏî ┘â┘ä Ï¡Ï│ ┘à┘å┘çϺ ┘à┘å┘üÏ▒ϻϺ ┘è┘åÏ┤Ï» ϡϩϺ.

(Jalaluddin Rumi, 1989: 33)

Rumi juga mengungkapkan makna cinta melalui syairnya yang lain.          

Cinta

Karena cinta duri menjadi mawar

Karena cinta cuka menjelma menjadi anggur segar

Karena cinta keuntungan menjadi mahkota penawar

Karena cinta kemalangan menjelma keberuntungan

Karena cinta rumah penjara tampak bagaikan kedai mawar

Karena cinta tumpukan debu kelihatan seperti teman

Karena cinta api yang berkobar-kobar jadi cahaya yang menyenangkan

Karena cinta syaitan berubah menjadi bidadari

Karena cinta batu yang keras menjadi lembut bagaikan mentega

Karena cinta duka menjadi riang gembira

Karena cinta hantu berubah jadi malaikat

Karena cinta singa tak menakutkan seperti tikus

Karena cinta sakit jadi sehat

Karena cinta amarah menjadi keramah-ramahan

(Abdul Hadi W.M, 1985: 107)

Syair di atas menjelaskan bahwa manusia harus memiliki rasa cinta kepada sesama manusia. Sebab, dengan cinta kita akan menciptakan ruang-ruang yang harmonis terhadap sesama dan memaafkan segala kekurangan yang dimilki oleh setiap manusia. Melalui cinta, segala sesuatu yang buruk akan tertutupi, yang baik akan menjadi lebih baik, dan sifat-sifat yang buruk dengan sendirinya akan menjadi baik dengan adanya kekuatan cinta. Ibarat kata, “Karena cinta duri menjadi mawar” yang bermakna sesuatu yang menyakitkan akan berubah menjadi keindahan jika dibaluti rasa cinta. “Karena cinta kemalangan menjelma keberuntungan” yang bermakna kesusahan, keterpurukan, ketakutan, kerugian, dan kesedihan akan tertutupi menjadi rasa bahagia apabila dibaluti rasa cinta.

Rasa cinta landasan utama yang dibutuhkan oleh manusia untuk mewujudkan hubungan yang baik sesama manusia, karena segala kelemahan dan kekurangan manusia akan tertutupi oleh kekuatan rasa cinta. Misalnya teman kita memiliki kekurangan fisik, dengan cinta kita dengan sendirinya akan berbuat welas asih kepadanya. Jika sikap kita sudah dilandasi rasa cinta, maka kekuatan cinta akan berfungsi dan menunjukan eksistensi adanya cinta dalam diri, sehingga akan timbul sikap kasih sayang, tolong-menolong, membantu, dan saling mengasihi satu dengan yang lain. Adapun syair Rumi yang lain yang bercerita mengenai keagungan cinta sebagai berikut:

Lewat cintalah semua yang pahir akan menjadi manis,

Lewat cintalah semua yang tembaga akan jadi emas.

Lewat cintalah semua endapan

akan jadi anggur murni;

Lewat cintalah semua kesedihan akan jadi obat.

Lewat cintalah si mati akan jadi hidup,

Lewat cintalah raja jadi budak!

(Annemarie Schimmel, 2008: 239-240).

Rumi menyebutkan bahwa yang pertama diciptakan Tuhan adalah cinta, dari sinilah Rumi menganggap cinta sebagai kekuatan kreatif paling dasar yang menyusup ke dalam setiap makhluk dan menghidupkan mereka. Cinta pulalah yang bertanggung jawab menjalankan evolusi alam dari materi anorganik yang berstatus rendah menuju level yang paling tinggi pada diri manusia. Menurut Rumi, cinta adalah penyebab gerakan dalam dunia materi.

Cinta adalah keinginan yang kuat untuk mencapai sesuatu, untuk menjelmakan diri. Bahkan Rumi menyamakan cinta dengan pengetahuan intuitif. Cinta adalah penggerak kehidupan dan perputaran alam semesta. Cinta yang sejati dan mendalam dapat membawa seseorang mengenal hakikat sesuatu yaitu hakikat kehidupan yang tersembunyi di balik bentuk-bentuk formal kehidupan. Karena Cinta dapat membawa kepada kebenaran tertinggi.


Category : kolom

SHARE THIS POST


ABOUT THE AUTHOR

Raha Bistara

Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prodi Aqidah dan Filsafat Islam