Puisi-puisi Fadiza Fajar #4

slider
06 Mei 2020
|
1367

Bacaan Air

Hari ke dua belas di bulan suci

Ayat-ayat itu dibaca dengan bacaan air

Mengalir dengan kepasrahan,

Seperti seorang yang berserah dengan tunduk,

dengan tawaduk... 

Membasahi waktu-waktu kering

Di hari-hari ini yang terasa asing

(Yogyakarta, 2020)


 

Inna Ma’al ‘Usri Yusraa

Apakah telah sampai kepadamu?

Cerita seorang yang bermimpi

Ada perjumpaan dengan satu ayat suci

Inna ma’al ‘usri yusraa

Kemudian taman-taman teratai muncul dengan segera

Dan kura-kura hijau tua berenang di pinggirnya

Tepat sesaat setelah memandang gelap sisi-sisi gua

Hawa dingin dan keterasingan

Sesaat, hanya sesaat saja

Dan kita menjumpai keadaan yang sama

Pada tiap tahap hidup yang dihadap

(Yogyakarta, 2020)


 

Keyakinan

Adalah warna hijau yang memenuhi penglihatan

Ketika datang bacaan itu

Berbunyi sebuah pertanyaan;

Benarkah keyakinanmu tentang mendapat pertolongan dari-Nya

adalah bukan sebuah keangkuhan?

Warna hijau itu menjelma menjadi sebuah ruang kaca

Pantulan diri di mana-mana

Ku ulangi pertanyaan tadi

Berkali-kali

(Yogyakarta, 2020)


 

Telepon dari Bapak

Pukul 03.17 waktu rutin handphone berdering

Di balik suara yang kadang-kadang nyaring,

Pertanyaan-pertanyaan sama

Suara bapak di sana;

“Sudah bangun dan sahur?”

Aku menjawab setengah terlelap

Ruh belum utuh

Dan ku tahu, bukan karena kekhawatiran aku tak makan

Orang tua yang sendiri, selalu berteman dengan rindu, bukan?

(Yogyakarta, 2020)


 

Nuansa Kembali

Sesekali ia menangis sambil berbicara

Tentang nuansa kematian yang mungkin terjadi padanya

di saat-saat yang begitu acak,

Kali ini aku dipaksa merenung saat sedang memotong terong

Katanya, jika ia harus membusuk sebagai seorang mayat,

Apapun organ yang menyimpan seluruh kasih sayang dalam dirinya

Agar menjadi yang terakhir melebur

Setidaknya ia akan mengenali tanah, air, cacing, dan akar-akar tanaman,

lalu berteman kembali di kubur nanti,

Harapannya

(Yogyakarta, 2020)


Category : cerpen

SHARE THIS POST


ABOUT THE AUTHOR

Fadiza Fajar

Santri ngaji penyuka puisi