Pemikiran Jean Baudrillard

slider
06 November 2023
|
2795

Pada zaman yang berkelindan dengan kemajuan teknologi, media, serta praktik sosial baru di akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, Jean Baudrillard adalah mercusuar. Pemikiran sosial pasca modern telah menjadi topik yang semakin relevan dalam kajian ilmu sosial dan humaniora, terutama setelah kontribusi berpengaruh dari tokoh seperti Baudrillard.

Baudrillard, seorang filosof Prancis, dikenal dengan pemikirannya yang kontroversial dan provokatif, telah memainkan peran penting dalam merangsang diskusi tentang bagaimana masyarakat kita menghadapi era pasca modern.

Baudrillard adalah salah satu pemikir terkemuka dalam memahami perubahan dramatis dalam budaya dan masyarakat pasca modern. Baudrillard terkenal dengan teori simulasi, hiperrealitas, dan gagasannya paling awal tentang masyarakat konsumsi.

Pemikirannya merespons pergeseran paradigmatik dari modernitas ke pasca modernitas, di mana dunia tidak lagi dapat dipahami melalui kategori-kategori tradisional seperti realitas, kebenaran, atau identitas yang tetap.

Mengenai masyarakat konsumsi, ia berpendapat bahwa konsumsi bukan lagi tentang memenuhi kebutuhan, tetapi lebih tentang menciptakan identitas dan simbolisme.

Dalam masyarakat pasca modern, barang-barang dan layanan tidak hanya memiliki nilai ekonomis tetapi juga nilai simbolis yang kuat. Kita sering kali mengidentifikasi diri kita dengan apa yang kita konsumsi, menciptakan realitas baru yang didasarkan pada tanda-tanda dan citra.

Konsep penting lainnya dalam pemikiran Baudrillard adalah “simulasi”. Menurutnya, kita telah memasuki dunia di mana realitas telah digantikan oleh tanda-tanda, citra, dan simulasi. Sebagai contoh, media massa dan teknologi informasi telah menciptakan representasi yang semakin kompleks dan sulit untuk dibedakan dari kenyataan itu sendiri.

Hasilnya adalah apa yang disebutnya sebagai “hiperrealitas”, di mana kita hidup dalam dunia yang terus menerus menyajikan kepada kita melalui gambar, citra, dan tanda-tanda yang tidak selalu memiliki referensi langsung dengan dunia nyata.

Tulisan ini dimaksudkan sebagai pengantar dalam memulai penjelajahan tersebut. Melalui pembacaan terhadap hidup, karya, dan peran serta pengaruh berbagai pemikir lain terhadap Baudrillard, khususnya pada periode awal.

Dari Sastra ke Sosiologi

Jean Baudrillard lahir di Prancis, tepatnya di Kota Reims pada 27 Juli 1929. Baudrillard berkuliah di Sorbonne, Paris, belajar bahasa dan sastra Jerman. Saat menginjak usai 27 tahun, Baudrillard mengajar bahasa Jerman di sekolah menengah Prancis (Lycee) sebelum akhirnya bekerja sebagai editor untuk penerbit Prancis, Seuil, pada awal 1960-an.

Ia memiliki kecintaan yang besar pada sastra terutama sastra Jerman. Sepanjang tahun 1962-1963 Baudrillard rajin menerbitkan esai-esai tentang sastra di Jurnal Les Temps Modernes yang didirikan oleh Simone de Beauvoir, Jean-Paul Sartre, dan Maurice Merleau-Ponty, serta menerjemahkan berbagai karya penulis asal Jerman seperti Peter Weiss, Bertolt Brecht, dan Wilhelm Muhlmann. Periode ini dapat dianggap sebagai masa pra-sejarah intelektualnya, jejak-jejak yang tetap bertahan sepanjang perjalanan pemikiran Baudrillard selanjutnya (Clarke, dkk., 2008). Pada 1960-an, Baudrillard beralih minat dari sastra Jerman menuju sosiologi.

Ketertarikan Baudrillard berubah setelah bertemu dan mempelajari karya-karya pemikir Prancis seperti Henri Lafebvre, seorang filosof dan sosiolog marxis, dan Roland Barthes yang merupakan filosof dan ahli semiotika. Sejak 1940-an, Henri Lefebvre telah menyerukan ‘kritik terhadap kehidupan sehari-hari’ dan perluasan marxisme untuk memahami kondisi, masalah, dan kemungkinan perubahan dalam kehidupan sehari-hari (Kellner, 1989).

Lefebvre memperluas teori marxian melalui studinya mengenai konsumsi, arkeologi, urbanisasi, dan berbagai peran bahasa dan budaya di dalam masyarakat neo-kapitalis kontemporer.

Sedangkan Roland Barthes adalah orang yang melanjutkan usulan Saussure untuk memperluas semiologi yang awalnya dipahami sebagai ilmu tentang sistem bahasa, ke sistem penandaan sosial untuk mempelajari ‘kehidupan tanda dalam masyarakat’ (Kellner, 1989). Proyek kedua tokoh ini sangat mempengaruhi Baudrillard di awal karier intelektualnya.

Karya Awal dan Kaitannya dengan Marxis

Pada 1966, Baudrillard masuk ke Universitas Paris, Nanterre, dan menjadi asisten Lefebvre, sambil mempelajari bahasa, filsafat, sosiologi, dan disiplin ilmu lainnya. Pada akhir 1960-an Baudrillard melakukan kerja serius di bidang teori sosial, semiologi, dan sedikit sentuhan psikoanalisis dengan menerbitkan buku pertamanya The System of Objects pada 1968 (1996), disusul dengan buku The Consumer Society pada 1970 (1998), dan For a Critique of the Political Economy of the Sign pada 1972 (1981)—keterangan tahun dalam kurung menandakan penerbitan berbahasa Inggris.

Publikasi-publikasi awal ini merupakan upaya dalam kerangka sosiologi kritis untuk menggabungkan studi tentang kehidupan sehari-hari yang diprakarsai Lefebvre dengan semiologi sosial yang mempelajari kehidupan tanda dalam kehidupan sosial yang dipengaruhi Barthes.

Karya awal Baudrillard muncul pada saat peran budaya bagi produksi dan perluasan masyarakat kapitalis mulai dirasakan di berbagai kalangan. Di sini Baudrillard berfokus pada cara-cara budaya, ideologi, dan tanda berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.

Penyelidikan awalnya berkisar pada eksplorasi masyarakat konsumen hingga studi tentang berbagai macam fenomena budaya dalam kehidupan sosial, terutama media, seni, seksualitas, mode, dan teknologi, yang dengan sendirinya menjadi bentuk-bentuk komodifikasi dan konsumsi. Perhatian Baudrillard pada budaya adalah tindakan yang kerapkali diabaikan oleh kaum marxis tradisional yang hanya berfokus pada domain sejarah, politik, dan ekonomi.

The System of Objects merupakan salah satu karya awal Baudrillard yang membentuk dasar bagi pemikirannya tentang simulasi, konsumsi, dan budaya: menggambarkan bagaimana objek-objek dapat menjadi bagian penting dari identitas individu. Kepemilikan dan pemilihan objek-objek tertentu dapat memengaruhi bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri dan bagaimana orang lain memandangnya dalam masyarakat.

Dalam The Consumer Society Baudrillard mengidentifikasi masyarakat modern sebagai “masyarakat konsumsi”, di mana konsumsi barang dan jasa telah menjadi pusat penting dari kehidupan sosial dan budaya. Ia menggambarkan bagaimana masyarakat ini didorong oleh produksi dan konsumsi berlebihan, yang menciptakan siklus tak berujung dari keinginan dan pemenuhan keinginan.

Sedangkan kaitan objek, tanda, dan ekonomi politik Baudrillard jelaskan melalui For a Critique of the Political Economy of the Sign. Ia berpendapat bahwa ekonomi modern dan politik sering kali didasarkan pada pertukaran tanda-tanda, dan bukan lagi pada pertukaran barang dan jasa. Dalam konteks ini, Baudrillard mengkritik pendekatan tradisional terhadap ekonomi politik yang hanya berfokus pada pertukaran barang; teori ekonomi politik harus memperhitungkan peran penting tanda-tanda dalam ekonomi modern.

 The System of Objects dan The Consumer Society mengeksplorasi sistem objek-objek yang terstruktur dalam sebuah “masyarakat konsumen”. Sedangkan buku ketiganya, dan For a Critique of the Political Economy of the Sign mencoba untuk merekonstruksi ekonomi politik dan marxisme berdasarkan teori semiologi tanda.

Baudrillard mengklaim, komoditas tidak hanya dicirikan oleh nilai guna dan nilai tukar, seperti dalam teori Marx tentang komoditas, tetapi juga nilai tanda, gagasan pertukaran tanda yang dipahami sebagai pembelian sesuatu di luar kegunaan.

Dengan demikian, sistem-komoditas menjadi sistem-objek; serangkaian komoditas yang diubah dengan cara didesain dan dihargai karena nilai tanda di dalamnya, status, estetika, atau kemewahan.

Baudrillard di sini bekerja dalam kerangka marxis, berargumen bahwa konsumerisme baru ini telah menjadi bentuk utama dari kekuasaan kelas borjuis, namun tidak dengan cara yang sederhana dan langsung. Dari sini perlu dicatat bahwa Baudrillard memiliki hubungan yang ambivalen dengan marxisme klasik.

Di satu sisi, Baudrillard meneruskan kritik marxian terhadap produksi komoditas yang menggambarkan dominasi dan eksploitasi yang dihasilkan oleh kapitalisme. Di sisi lain, ia banyak melakukan kritik, tidak menyepakati dan tidak mengembangkan gagasan-gagasan utama marxian, seperti potensi kelas pekerja sebagai agen perubahan dalam masyarakat konsumen, teori pemberontakan kelas atau kelompok, serta teori organisasi politik dan perjuangan.

Tiga karya pertama Baudrillard dapat dibaca dalam kerangka kritik neo-marxian terhadap masyarakat kapitalis. Karena dalam buku-buku ini, khususnya dua karya awal, Baudrillard masih mengaitkan konsumsi dengan modus produksi, berfokus pada komoditas dan penggunaannya, dan terlibat dalam analisis kelas dan demistifikasi kritis terhadap ideologi-ideologi dominan tentang konsumsi. Sedangkan pada buku ketiganya, For a Critique of the Political Economy of the Sign, Baudrillard mulai mengkritik gagasan-gagasan marxian tertentu secara lebih agresif (Kellner, 1989).

Penekanan Baudrillard di sini terletak pada konsumsi dan produksi yang berfokus pada budaya dan tanda sebagai pelengkap penting bagi ekonomi politik Marxian klasik.

Pemutusan Diri dengan Marxis dan Gaya Berpikir Baru

Pada 1973 buku Baudrillard yang berjudul The Mirror of Production terbit dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada 1975. Karya ini menjadi tanda perpisahan Baudrillard dengan marxis, yang sebenarnya sedari buku ketiganya, For a Critique of the Political Economy of the Sign sudah ia isyaratkan (Kellner, 1989).

Dalam karya ini, Baudrillard melakukan penolakan besar-besaran dan serangan sistematis terhadap marxisme klasik, salah satunya dengan menyatakan bahwa marxisme hanyalah cermin masyarakat borjuis, menempatkan produksi sebagai pusat kehidupan, dan dengan demikian menaturalisasikan organisasi kapitalis dalam masyarakat (Hegarty, 2004).

Marxisme bagi Baudrillard tidak memberikan kritik yang cukup radikal terhadap masyarakat kapitalis dan wacana serta perspektif kritis alternatif. Baudrillard kemudian mengenalkan konsep “pertukaran simbolik”, yang ia bedakan dengan sistem ekonomi produksi kapitalis modern dan dengan gagasan materialisme historis, dialektika, moda produksi, dan tenaga kerja marxian.

Istilah “pertukaran simbolik” berasal dari gagasan Georges Bataille tentang “ekonomi umum” dan juga konsep Marcel Mauss tentang hadiah yang berlaku pada masyarakat pramodern atau primitif. Yaitu ketika pengeluaran, pemborosan, pesta, pengorbanan, dan penghancuran menjadi sistem ekonomi alamiah manusia terlepas dari ekonomi produksi, keuntungan moneter, dan ketentuan kapitalis tentang tenaga kerja, kegunaan, dan tabungan yang tidak alamiah.

Pada tahap pemikirannya ini, Baudrillard berdiri dalam tradisi Prancis yang mengagungkan budaya “primitif” atau pramodern atas rasionalisme abstrak dan utilitarianisme masyarakat modern.

Gagasan “pertukaran simbolik” Baudrillard upayakan untuk melawan bentuk-bentuk pengorganisasian pemikiran dan masyarakat modern dengan mengacu pada nilai-nilai lama. Ia menyerukan pemusnahan bentuk-bentuk produksi, kapitalisme, rasionalitas, dan makna yang menjadi wajah era modern.

Pertukaran simbolik dapat dijelaskan sebagai ekspresi dari keinginan untuk membebaskan diri dari posisi modern. Ia menolak filosofi sejarah marxian yang mengandaikan keutamaan produksi di semua masyarakat dan menolak konsep sosialisme marxian, dengan alasan bahwa konsep tersebut tidak cukup radikal dari produktivisme kapitalis, dan hanya menawarkan dirinya sebagai organisasi produksi yang lebih efisien dan adil daripada sebagai masyarakat yang sama sekali berbeda (Kellner, 1989).

Teks The Mirror of Production menyarankan bahwa ‘cermin marxisme’ harus dipatahkan, berhenti mendefinisikan analisis dan kemungkinan-kemungkinan pembacaan sosial melalui ‘kekuatan’ marxisme.

Pada 1976, buku Baudrillard Symbolic Exchange and Death terbit—diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada 1993. Karya ini mengawali gaya baru pemikiran Baudrillard, bergerak melampaui kritik awal terhadap ekonomi politik dan sketsa pertamanya mengenai teori sosial alternatif ke dalam pengembangan yang lebih sistematis dari gagasan barunya.

Buku ini merupakan salah satu karya terpenting Baudrillard. Buku ini muncul bersama karya-karya Levi-Strauss dan Michel Foucault dalam seri bergengsi penerbit Gallimard, Bibliotheque des Sciences Humaines (Baudrillard, 2017: 15).

Di sini gagasan Baudrillard melampaui pembahasan ekonomi politik dan menuju dunia baru dengan semiologi radikal, proliferasi dan penyebaran tanda yang tak henti-hentinya melalui media dan teknologi, mode yang terus berubah, dan beragam perwujudan baru, yang Kellner sebut sebagai “karnaval pasca modern” (Kellner, 1989).

Buku Symbolic Exchange and Death merupakan analisis awal Baudrillard pada dunia baru yang penuh simulasi, simulakra, dan hiperrealitas (Hegarty, 2004). Sebuah era baru di mana teknologi baru seperti media, model dan sistem kemudi sibernetik, komputer, pemrosesan informasi, industri hiburan, pengetahuan, dan seterusnya menggantikan produksi industri dan ekonomi politik sebagai prinsip pengorganisasian masyarakat.

Karya-karya Baudrillard setelahnya, seperti In the Shadow of the Silent Majorities (1978), Seduction (1979), Simulacra and Simulation (1981), Fatal Strategies (1983), membahas secara lebih mendalam tentang dunia baru yang tengah manusia hadapi.

Referensi:

B. Clarke, David, dkk., 2009, Jean Baudrillard Fatal Theories, London: Routledge.

Baudrillard, Jean, 1981, For a Critique of the Political Economy of the Sign, St. Louis: Telos.

______________, 2017, Symbolic Exchange and Death, London: Sage.

______________, 1975, The Mirror of Production, St. Louis: Telos.

______________, 1996, The System of Objects, London: Verso.

Hegarty, Paul, 2004, Jean Baudrillard: Live Theory, London: Continuum.

Kellner, Doulas, 1989, Jean Baudrillard from Marxism to Postmodernism and Beyond, Stanford: University Press Stanford.

Pawlett, William, 2007, Jean Baudrillard Against Banality, London: Routledge.


Category : filsafat

SHARE THIS POST


ABOUT THE AUTHOR

M. Hasyim Romadani

Bachelor of Philosophy UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Mahasiswa Magister Filsafat UGM Yogyakarta