Puisi-puisi Rizka Nur Laily Muallifa #5
Dua Iman di Meja Makan
Keriangan mudah menghampiri siapa
yang salatnya bolong-bolong
Menjelma gaji cukup, pekerjaan ringan, jalinan kisah penuh asih
Sementara salat dan doa yang penuh seluruh
Diganjar dengan pekerjaan tak riang, gaji belum cukup,
hingga pengkhianatan kisah kasih yang rimbun
Dua iman yang rentan jadi tak enak makan
selepas persemuan siang itu
Di meja, praduga diaduk dengan lahap api yang membakar
Segelas teh disiram es tiba-tiba datang
Tepat di hadapan dua amin yang rentan
Katanya, keceriaan dunia boleh direngkuh siapa saja
Ia pun jadi soal ujian paling ringan
Bagi salat dan doa-doamu yang tak pernah tulus
(Jogja, 2020)
Seolah-olah
Aku menyerah
Setelah kau tuang segala abu
Ke cangkirku yang riak
Kesejatian yang kau sebut-sebut
Tak kita temukan di sisi manapun
Termasuk di kesudahan yang masih ranum
Di hari berlalu
Menujumu adalah tirani sembrono
yang membuat mataku senantiasa sombong
Seolah telah kurengkuh hati yang penuh
Seluruhnya menggamitku menjelang hidup tawaduk
(Jogja, 2020)
Halaman yang Hilang
Pita yang tergunting di hari sahaja
Meruyak sekian tokoh yang kita baca di halaman beraroma asin
Kau tebas doa-doa lugu yang membumbung
dengan ketajaman yang tak pernah sanggup terbayang
Katamu, doa-doa itu cuma kesombongan yang lupa hari
Bukan kesediaan menuju keridaan Ilahi
(Jogja, 2020)
Anak Perempuan Terakhir
Waktu memutuskan kembali lebih cepat pada pekerjaan
Aku mengandung segala kepentingan diri yang membakar
Menepikan bakti yang senantiasa diidam-idamkan
Membersamai bapak-ibu yang mengandung rindu
Tapi, rumah dalam kalimat panjang
berarti ancaman perdebatan yang tak sebaiknya
Kehidupan anak perempuan terjun bebas
dalam kertas undangan yang tiba lebih cepat
Semua kaki diminta tunduk di jalan lurus tanpa belokan
(Jogja, 2020)
Sepanjang Jalan Menuju Pantai
Di setapak jalan yang membelah rerumputan
mata menangkap dua pasang kaki di pedal sepeda
Dua wajah penuh asuh
mengupas senyum di balik topi berwarna kopi
Di masing-masing boncengannya
Seikat pohon jagung dan rumput bertubuh tinggi menumpang tidur
Sapi dan kambing di rumah akan menyambutnya dengan ramah
Di belokan, aku membayangkan keelokan hari yang demikian megah
Sembari merapal harapan rumpang:
Semoga tak semua anak muda tersesat di tengah kota
(Jogja, 2020)
Category : sastra
SHARE THIS POST