Mengembangkan Diri Menghidupkan Passion

slider
05 Desember 2024
|
615

Menjalani hidup dengan passion tentu dapat membuat diri kita lebih bahagia. Sebab, passion merupakan suatu perasaan gembira atau suka terhadap suatu hal yang kita kerjakan. Ketika kita merasa suka atau cocok terhadap suatu bidang pekerjaan, kita akan cenderung menganggap bahwa bidang pekerjaan tersebut sebagai passion kita. Namun demikian, benarkah passion hanya semata-mata bersumber atau berbatas pada perasaan suka terhadap suatu hal yang kita kerjakan? Lalu bagaimana dengan hobi yang juga bersumber pada perasaan suka? Dan apakah passion merupakan sesuatu yang bersifat naluriah sehingga tidak dapat diciptakan atau dibentuk?

Berbicara tentang passion secara detail dan mendalam, pada kesempatan kali ini akan mengulas materi Ngaji Filsafat ke-441 edisi Mengarahkan Diri yang berjudul “Menghidupkan Passion” dari yang disampaikan oleh Pak Fahruddin Faiz. Materi ini banyak menjelaskan mengenai definisi, gambaran, ciri-ciri, kaitan antara passion dengan cinta, hingga cara membentuk atau mengarahkannya.

Definisi dan Gambaran Passion

Definisi passion ialah perasaan atau dorongan yang sangat kuat terhadap sesuatu yang membuat seseorang merasa sangat antusias dan termotivasi. Istilah passion biasanya mengacu pada minat atau kegemaran yang begitu mendalam sehingga seseorang bisa atau bersedia menginvestasikan waktu, energi, dan usaha untuk mengejar atau mengembangkan hal yang disukainya, meskipun harus menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam mengejar atau mengembangkan hal yang disukainya tersebut.

Penjelasan Pak Faiz tersebut tentu sejalan dengan definisi passion secara umum, yaitu rasa cinta, gairah, dan semangat yang mendalam terhadap suatu hal, kegiatan, atau tujuan tertentu—yang bisa membuat seseorang merasa antusias dan berdedikasi tinggi terhadap hal yang disukainya—sehingga ia rela mengorbankan waktunya, tenaganya, dan pikirannya untuk mengejar passionnya.

Meskipun passion berawal atau bersumber pada perasaan suka, passion sangatlah berbeda dengan hobi. Secara garis besar, perbedaan antara passion dan hobi terletak pada renggang waktu yang dikerjakan. Bila hobi hanya memerlukan waktu luang dari seseorang, maka passion akan menyita sebagian besar waktu dari seseorang. Dengan kata lain, orang yang memiliki hobi terhadap suatu hal, hanya akan melakukan hal tersebut di waktu luangnya saja (hanya sebagai hobi). Sedangkan orang yang memiliki passion terhadap suatu hal, akan mengambil sebagian besar waktunya untuk mengembangkan passion yang disukainya tersebut.

Sebagai contoh, seseorang tidak bisa dikatakan memiliki passion terhadap sepakbola apabila orang tersebut hanya gemar menonton pertandingan sepakbola tanpa terlibat langsung ke dalam secara totalitas. Sebaliknya, seseorang dapat dikatakan memilki passion terhadap sepakbola apabila orang tersebut rela mengorbankan waktunya, energinya, usahanya, atau bahkan harta bendanya demi mengejar atau mengembangkan passion di bidang sepakbola.

Mengutip pernyataan dari berbagai tokoh, Pak Faiz banyak menjelaskan mengenai gambaran-gambaran passion, antara lain seperti yang dikatakan oleh Mark Twain, yaitu “Rahasia untuk sukses ialah menjadikan pekerjaanmu sebagai liburanmu.” Pernyataan Twain tersebut erat kaitannya dengan passion. Sebab, ketika seseorang dapat menjadikan pekerjaannya sebagai liburannya (sesuatu yang dapat menyenangkannya), maka kemungkinan besar pekerjaan tersebut merupakan passion-nya, karena rasa antusiasme yang ia rasakan ketika ia melakukan pekerjaan tersebut.

Mengutip pernyataan dari Simon Sinek yang menyatakan bahwa, “Bekerja keras untuk sesuatu yang tidak kita pedulikan disebut stress; sedangkan bekerja keras unuk sesuatu yang kita cintai disebut passion.” Ketika seseorang bekerja keras untuk suatu hal yang ia cintai, maka kemugkinan besar ia memiliki passion terhadap hal tersebut, karena minat yang besar ketika ia mengerjakan hal tersebut. Berdasarkan pernyataan Sinek ini, kita dapat menyimpulkan bahwasanya passion terdiri dari dua unsur, yaitu kerja keras (aksi) dan rasa cinta (antusiasme) terhadap suatu hal yang kita kerjakan. Sebab, apabila salah satu dari kedua unsur tersebut tidak ada, maka seseorang tidak dapat dikatakan memiliki passion terhadap apa yang ia kerjakan—karena passion tidak lengkap tanpa adanya kerja keras (aksi) atau tanpa adanya rasa cinta (antusiasme).

Selanjutnya, mengutip pernyataan dari Kahlil Gibran yang menyatakan, “Tinggallah dalam akal sehat, tetapi bergeraklah dalam gairah.” Dalam menjalani hidup, seseorang memang harus berada dalam akal sehat. Namun demikian, ketika seseorang sedang melakukan suatu pekerjaan, maka bergeraklah dengan passion (gairah). Pak Faiz menekankan agar kita senantiasa melakukan suatu pekerjaan dengan sepenuh hati. Ketika kita melakukan suatu pekerjaan dengan sepenuh hati, maka kemungkinan besar passion kita akan muncul. Dari penjelasan ini, kita pun dapat menyimpulkan bahwasanya passion dapat ditimbuhkan.

Terakhir, mengutip pernyataan dari Albert Einstein yang menyatakan bahwa, “Aku tidak memiliki bakat spesial, aku hanya memiliki gairah ingin tahu yang tinggi.” Passion dapat dihidupkan dengan cara mencari tahu atau mendalami bidang pekerjaan yang sedang kita tekuni, seperti halnya Einstein di bidang fisika. Sehingga, dengan demikian, kita akan menjadi orang yang ahli di bidang yang tengah kita tekuni.

Kaitan antara Passion dengan Cinta

Passion erat kaitannya dengan cinta, lantaran cinta berawal dari passion (gairah). Akan tetapi, cinta tidak terdiri dari komponen passion, karena masih terdapat beberapa komponen lainnya di dalam cinta. Berdasarkan Triangular Theory of Love atau Teori Cinta Segitiga yang dikembangkan oleh Robbert Sternberg, bahwasanya passion merupakan komponen utama di dalam cinta, bersamaan dengan intimasi dan komitmen. Passion dapat diartikan sebagai gairah; intimasi dapat diartikan sebagai kedekatan; dan komitmen dapat diartikan sebagai tekad untuk mempertahankan suatu hubungan.

Seandainya cinta hanya memiliki satu komponen saja (misalnya hanya memiliki komponen passion), maka hal tersebut sah-sah saja. Namun demikian, cinta tersebut belumlah lengkap. Klasifikasi atas kombinasi komponen di dalam cinta berdasarkan Teori Cinta Segitiga adalah, pertama, jika cinta hanya memiliki komponen passion (gairah) tanpa adanya komponen intimasi (kedekatan) dan komitmen (tekad dalam hubungan), maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai nafsu belaka.

Kedua, jika cinta hanya memiliki komponen intimasi (kedekatan) tanpa adanya komponen passion (gairah) dan komitmen (tekad dalam hubungan), maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai perasaan sekadar suka.

Ketiga, jika cinta hanya memiliki komponen komitmen (tekad dalam hubungan) tanpa adanya komponen passion (gairah) dan intimasi (kedekatan), maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai cinta yang kosong.

Keempat, jika cinta memiliki komponen passion (gairah) dan intimasi (kedekatan) tanpa adanya komponen komitmen (tekad dalam hubungan), maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai cinta yang romantic.

Kelima, jika cinta memiliki komponen passion (gairah) dan komitmen (tekad dalam hubungan) tanpa adanya komponen intimasi (kedekatan), maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai cinta yang terlanjur (seperti halnya perjodohan).

Keenam, jika cinta memiliki komponen intimasi (kedekatan) dan komponen komitmen (tekad dalam hubungan) tanpa adanya komponen passion (gairah), maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai sekadar persahabatan.

Ketujuh, jika cinta memiliki komponen passion (gairah), lalu memiliki komponen intimasi (kedekatan), dan memiliki komponen komitmen (tekad dalam hubungan), maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai cinta yang sempurna.

Jadi, berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwasanya passion merupakan aspek penting dalam hidup kita, karena ia memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan, terutama di bidang cinta.

Ciri-ciri Passion

Selain antusiasme dan rasa suka yang mendalam, passion juga memiliki ciri-ciri yang bisa diidentifikasi pada diri kita atau pada diri seseorang. Ciri-ciri passion, pertama, bisa membuat seseorang terlibat langsung ke dalam bidang pekerjaan yang disukainya. Sebagai contoh seperti yang sudah dijelaskan di awal, jika seseorang memiliki pasion terhadap sepakbola, maka orang tersebut akan bersedia untuk terlibat secara langsung dan totalitas ke dalam bidang sepakbola.

Ciri yang kedua dari passion ialah bisa membuat seseorang merasa puas dan bahagia ketika orang tersebut sedang atau telah melakukan suatu hal yang disukainya, karena kemungkinan ia telah menganggap bahwa ia telah melakukan suatu hal yang tepat. Selanjutnya, passion juga memiliki ciri-ciri yang bisa membuat seseorang berkomitmen, rela belajar dan berkembang, serta siap menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan dalam jangka waktu panjang demi mengejar atau mengembangkan dirinya di bidang yang disukainya, karena kemungkinan orang tersebut telah menganggap bahwa hal yang disukainya merupakan hidupnya, dan karena ia memiliki tujuan hidup yang berdasarkan pada apa yang disukainya. Intinya, jika kita memiliki ciri-ciri seperti yang dijelaskan di atas ketika melakukan suatu hal, maka kemungkinan besar passion kita mengarah kepada hal tersebut.

Faktor-faktor yang Membentuk Passion

Terdapat beberapa faktor yang dapat membentuk passion, di antaranya ialah kesan pengalaman pertama. Kesan pengalaman pertama dapat diartikan sebagai suatu kesan pengalaman yang menyenangkan ketika seseorang melakukan suatu hal sehingga dapat menumbuhkan passion terhadap hal tersebut. Sebagai contoh, ketika seseorang pertama kali belajar bernyanyi dan langsung mendapat pujian atau apresiasi atas nyanyiannya, maka hal tersebut dapat membuatnya tersanjung dan akhirnya dapat membuatnya merasa bahwa bernyanyi merupakan passion.

Faktor kedua, ketertarikan yang terus meningkat. Ketertarikan yang terus-menerus meningkat ketika seseorang akan atau sedang melakukan suatu hal yang disukainya dalam sebuah proses kreatif. Dengan kata lain, hal tersebut berkaitan dengan kepuasannya dalam melakukan suatu hal yang ia sukai. Sebagai contoh, jika seseorang menggemari olahraga tinju dan mendapat kepuasan ketika ia melakukan olahraga tersebut, maka secara otomatis minat orang tersebut akan terus bertumbuh terhadap olahraga tinju dan dengan demikian dapat menumbuhkan passion terhadap olahraga tinju.

Faktor ketiga, tantangan dan pencapaian. Hal ini dapat diartikan sebagai pencapaian seseorang dalam melewati berbagai tantangan ketika ia sedang berusaha untuk mengejar atau mengembangkan dirinya terhadap hal yang ia sukai, sehingga dapat menumbuhkan passionnya terhadap hal tersebut lantaran pencapaiannya. Sebagai contoh, seseorang merasa takut ketika pertama kali memanjat tebing, tetapi begitu ia berhasil menaklukkan rasa takutnya, maka ia akan merasa bangga dan akan cenderung menganggap bahwa panjat tebing merupakan passion.

Faktor keempat, pengaruh lingkungan dan dukungan sosial. Passion seseorang dapat tumbuh akibat hubungan lingkungan dan dukungan sosial di sekitarnya. Misalnya, seseorang tinggal di lingkungan para pemusik dan sering melihat berbagai pertunjukkan musik serta sering mendapat dukungan sosial terkait musik, maka akan lebih mudah bagi orang tersebut untuk menumbuhkan passion di bidang music.

Faktor kelima, keterlibatan emosional. Keterlibatan emosional dapat diartikan sebagai suatu pengalaman emosional yang bersifat khusus ketika seseorang sedang melakukan suatu hal yang disukainya. Sebagai contoh, jika seseorang menyukai dunia tulis-menulis dan selalu bisa mengatasi berbagai hambatan ketika ia sedang menulis (dengan cara berkelindan dengan berbagai hambatan tulis-menulis), maka hal tersebut dapat memberikan orang tersebut kepuasan emosional karena ia dapat merasakan intensitas ketika ia melakukan hal yang disukainya tersebut.

Faktor keenam, makna pribadi. Makna pribadi dapat diartikan sebagai suatu idealisme dalam diri seseorang terhadap suatu hal yang sedang ditekuninya sehingga dapat menumbuhkan passionnya terhadap hal tersebut. Sebagai contoh, jika seseorang merupakan seorang pengacara dan meganggap bahwa profesinya merupakan panggilan hidupnya karena dapat membantu banyak orang, maka passionnya terhadap profesinya tersebut akan terus meningkat.

Cara Menghidupkan Passion

Menurut Pak Faiz, terdapat beberapa cara untuk menghidupkan passion dalam diri setiap orang. Masing-masing orang memiliki passion dan dapat dihidupkan atau ditumbuhkan, hanya saja, sebagian orang tidak menyadari atau mengetahui passion mengarah ke mana. Berikut cara-cara untuk menghidupkan atau mengetahui passion dalam diri kita masing-masing.

Pertama, refleksi diri, yakni dengan cara melakukan perenungan terhadap diri sendiri. Misalnya, kita bisa melakukan perenungan terhadap diri sendiri untuk mencari tahu siapa sebenarnya diri kita, apa yang kita minati, hal apa yang dapat membuat kita bahagia, apa yang menjadi gairah kita, dan lain sebagainya.

Kedua, eksplorasi minat, dapat dilakukan dengan cara mencoba berbagai hal baru atau mengikuti ketertarikan dalam diri kita yang selama ini terselubung. Misalnya, kita bisa mencoba berbagai hal baru untuk menemukan dan menumbuhkan passion kita, atau mengikuti ketertarikan dalam diri kita yang selama ini tidak sempat kita kembangkan.

Ketiga, memperhatikan hal yang bisa membuat kita lupa waktu dapat dilakukan dengan cara mengingat-ingat kembali berbagai hal yang dapat membuat kita tidak peduli akan waktu ketika kita sedang melakukan hal tersebut.

Keempat, mendengarkan umpan balik dari orang lain, dapat dilakukan dengan cara meminta pendapat dari orang lain terhadap potensi diri kita. Sebab biasanya, orang lain dapat mengetahui potensi dalam diri kita dengan lebih baik ketimbang diri kita sendiri. Misalnya, kita bisa meminta pendapat orang terdekat kita terkait potensi diri kita dan apa saja yang dapat dikembangkan dari potensi tersebut, sehingga kita dapat mengarahkan passion kita kepada hal tersebut.

Kelima, menanyakan kepada diri sendiri terkait hal apa yang bisa atau sanggup kita lakukan dengan gratis atau tanpa dibayar dapat membantu kita untuk menemukan passion kita. Sebab biasanya, ketika kita sangat antusias terhadap suatu hal, maka kita akan rela untuk melakukan hal tersebut secara sukarela dan tanpa dibayar.

Keenam, memperhatikan emosi, dapat dilakukan dengan cara memperhatikan atau menyadari setiap perasaan kita ketika kita sedang dalam posisi sadar. Misalnya, ketika kita sedang berbicara dengan orang lain, perhatikan topik pembicaraan seperti apa yang dapat membuat kita tertarik atau meluap-luap. Dengan memperhatikan hal seperti itu, kita akan lebih mudah menemukan suatu hal yang kita sukai, untuk kemudian kita jadikan sebagai passion.

Ketujuh, melihat ketertarikan antara minat dan nilai pribadi, dapat dilakukan dengan cara mengaitkan minat kita (hal yang kita sukai) dengan nilai pribadi kita (idealisme). Misalnya, jika kita merupakan seseorang yang berminat dan peduli terhadap hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan, bisa jadi passion kita mengarah kepada pelestarian alam atau bidang terkait lainnya.

Kedelapan, cobalah menulis tentang diri sendiri. Menulis tentang diri sendiri dapat membantu kita untuk menemukan passion kita. Cobalah untuk menulis tentang apa yang kita sukai, apa yang menjadi gairah kita, apa yang kita inginkan dalam hidup, apa yang membuat kita merasa paling hidup, apa yang pernah dan sedang kita cita-citakan, dan lain sebagainya. Dengan demikian, kita akan lebih jauh mengenal diri kita sendiri dan dapat berpotensi menemukan passion kita.

Demikian ulasan atau ringkasan materi Ngaji Filsafat ke-441: Menghidupkan Passion. Passion bukanlah sesuatu yang kita bawa sejak lahir (meskipun passion sangat melekat dengan diri kita), melainkan sesuatu yang dapat kita bentuk atau dapat kita arahkan sesuai keinginan kita. Passion bukanlah harga mati, karena passion dapat diarahkan ke arah yang positif, dan sebab tidak semua passion bersifat positif.

Istilah “passion” berasal dari sebuah kata dalam bahasa Latin, yaitu “pati atau “passio”, yang artinya menderita; arti yang kontradiktif dengan definisi passion secara umum, yang berarti gairah. Namun demikian, berdasarkan etimologi dan definisi passion di atas, bahwasanya passion merupakan suatu dorongan dalam diri kita (gairah) yang bisa membuat kita secara sukarela menderita untuk mengejar atau mengembangkan diri kita di bidang yang kita sukai.

Referensi:

Ngaji Filsafat 441: Menghidupkan Passion edisi Mengarahkan Diri, bersama Dr. Fahruddin Faiz, M. Ag di Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta, pada Rabu, 11 September 2024.


Category : catatan santri

SHARE THIS POST


ABOUT THE AUTHOR

Fachry Fadillah

Ingin menjadi manusia yang tidak mudah dideskripsikan. Saat ini sedang menempuh pendidikan di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya, Universitas Pakuan, Bogor.