Imam Al-Ghazali ÔÇô Puasa
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i. Lahir di Thus pada 1058/450 H. Meninggal di Thus pada 1111/14 Jumadil Akhir 505 H. Umur 52–53 tahun. Imam al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Ia digelar Hujjatul Islam karena kemampuannya.
Ngaji Filsafat: Imam Al Ghazali - Puasa | Ngaji Filsafat 156 Edisi: Religius Service (Ibadah) | Bersama Dr. Fahruddin Faiz | Masjid Jendral Sudirman Yogyakarta | 24 Mei 2017
Maqam puasa
Posisi ibadah puasa adalah seperempat bagian dari iman. Hal ini merupakan kesimpulan dari dua sabda Rasulullah Saw yang pertama berbunyi ┘à┘êÏÁ┘äϺ ┘üÏÁ┘å Ï▒Ï¿ÏÁ┘äϺ puasa merupakan setengah dari kesabaran. Dan hadis kedua berbunyai Ï▒Ï¿ÏÁ┘äϺ ┘üÏÁ┘å ┘åϺ┘à┘è┘äÏÑϺ sabar adalah setengah dari iman.
Dua hadis tersebut sebenarnya tidaklah hanya menunjukkan bagian puasa dalam iman, tetapi juga menghubungkan puasa, kesabaran, dan iman. Sabar adalah inti dari puasa. Kesabaran dalam menahan segala larangan dhahiriah yang dapat membatalkan puasa, dan larangan batiniyah yang mengurangi makna puasa. Keduanya merupakan ujian yang berat. Sekaligus juga merupakan barometer kualitas keimanan seseorang.
Mengapa puasa dianggap istimewa?
- Puasa dan ibadah yang lain seumpama Masjidil Haram yang secara langsung diberi gelar “Rumah-milik-Allah” (Baitullah), padahal semua permukaan bumi ini sebenarnya milik-Nya pula.
- Ada dua variabel maknawi yang hanya dimiliki ibadah puasa. Pertama, di dalam puasa ada rahasia (sirr) yang tak terdapat di ibadah lainnya yang bisa terlihat. Seluruh amal ketaatan (lainnya) bisa tersaksikan makhluk hidup ciptaan-Nya dan terlihat, tidak dengan puasa. Hanya Allah semata yang bisa melihatnya. Kedua, puasa itu pengekang setan yang menggoda manusia melalui syahwat. Sedang syahwat hanya bisa diperkuat dengan makan minum.
Konteks puasa
- Kepatuhan
- Pelatihan/Riyadah
- Pengorbanan
- Penyucian
- Perjuangan/Jihad/Mujahadah
- Keikhlasan
- Hikmah dan I’tibar (Kelemahan dan Keterbatasan Diri; Kepekaan dan Kepedulian Sosial)
Puasa awam/umum
- Puasa umum yaitu “mencegah perut dan kemaluan dari memenuhi keinginannya”.
- Puasa umum ini titik beratkan hanya pada menahan hal-hal yang membatalkan, dalam bentuk kebutuhan perut dan kelamin, tanpa memandang aspek-aspek menahan diri yang lain.
- Pada tingkat ini orang yang melakukan puasa tidak akan terbatasi dari kemaksiatan, karena orang pada tingkat ini tidak unsur jasmaniyah yang dipandang tidak berhubungan dengan puasa, juga hatinya, untuk turut berpuasa.
Puasa khusus
- Puasa khusus yaitu “berusaha mencegah pandangan, penglihatan, lidah, tangan, kaki, dan anggota-anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa”.
- Puasa khusus ini, di samping mencegah keinginan perut dari nafsu kelamin, juga menahan keinginan dari anggota-anggota badan seluruhnya untuk tidak melakukan dosa.
- Orang-orang yang berada pada tingkat puasa khusus, memiliki kesadaran untuk selalu menahan keinginan-keinginan lahiriah yang berupa anggota-anggota badan dengan kenikmatan yang diinginkan oleh anggota-anggota tersebut. Tujuannya untuk menemukan kenikmatan yang sebenarnya yakni ketenangan dan keterangan batin.
- Puasa menurut Imam Al-Ghazali adalah pada hakikatnya sebagai media untuk bisa dekat dengan Allah SWT dan hal tersebut benar-benar berfungsi, apabila orang yang melaksanakan puasa dilandasi oleh kemauan yang kuat dan motivasi untuk berada sedekat mungkin dengan Allah dengan cara mengalahkan keinginan-keinginan yang bersifat lahiriah.
Puasa khusus al-khusus
- Puasa khusus dari khusus “yaitu puasa hati dari segala cita-cita yang hina dan segala pikiran duniawi serta mencegahnya daripada selain Allah SWT secara keseluruhan”.
- Puasa khusus dan yang khusus menurut Imam Al-Ghazali adalah puasanya para Nabi, orang-orang siddiq dan yang dekat dengan khalik, menganggap batal apabila memikirkan hal-hal yang bersifat duniawi, sehingga hatinya lupa terhadap Allah SWT kecuali masalah-masalah dunia yang mendorong ke arah pemahaman agama, karena hal tersebut dianggap sebagai tanda ingat kepada akhirat.
- Merasa berdosa apabila hari-harinya terisi dengan hal-hal yang dapat membatalkan puasanya. Mereka beranggapan bahwa hal tersebut bermula dari rasa kurang yakin dengan janji Allah SWT untuk mencukupkan dengan rizkinya.
- “Barangsiapa tergerak pikirannya, dengan memikirkan bahan berbuka puasanya, pada siang hari, niscaya dituliskan suatu kesalahan kepadanya. Karena yang demikian itu, termasuk kurang kepercayaan dengan kurnia Allah ‘Azza wa Jalla dan kurang yakin dengan rezeki yang dijanjikan”.
Menuju puasa khusus al-khusus
- Menjaga mata dan mencegahnya dari menatap segala yang cela dan dimakruhkan kepada segala yang menuntun hati kepada mengingat Allah.
- Menjaga lidah dari mengucap dan telinga dari mendengar segala yang makruh.
- Mencegah anggota-anggota badan yang lain dari segala dosa.
- Tidak membanyakkan makan belaka waktu berbuka.
- Hatinya sesudah berbuka bergantung dan bergoyang antara takut dan harap, karena ia tidak mengetahui apakah puasanya diterima atau ditolak.
Logikanya…
- Manusia, derajatnya di atas hewan, karena memiliki akal dan di bawah malaikat, karena adanya hawa nafsunya.
- Saat manusia terjerumus dalam hawa nafsu, maka ia turun ke tingkat hewan. Dan sewaktu ia mencegah diri dari hawa nafsu, maka ia terangkat ketingkat malaikat.
- Malaikat itu dekat dengan Allah. Mereka yang perilakunya dekat dengan malaikat, berdekatanlah ia dengan Allah, sebagaimana dekatnya para malaikat itu.
- Inilah rahasia puasa. Bukan sekadar menunda makan atau mengumpulkan dua makan ketika malam lalu serta membenamkan diri di dalam hawa nafsu yang lain sepanjang hari?
- Nabi bersabda, “Berapa banyak orang yang berpuasa, yang tidak mendapat apa pun, selain daripada lapar dan haus”.
Umpamanya...
- Berapa banyak orang yang berpuasa sebenarnya berbuka dan berapa banyak orang yang berbuka sebenarnya berpuasa? Orang yang berbuka berpuasa, ialah orang yang menjaga segala anggota tubuhnya dari dosa. Ia makan dan minum. Dan orang yang berpuasa berbuka, ialah orang yang lapar dan haus dan namun tidak menjaga segala anggota tubuhnya.
- Perumpamaan orang yang mencegah dirinya dari makan dan minum namun bercampur dengan dosa, adalah seperti orang yang menyapu salah satu daripada anggotanya pada wudu tiga kali. Maka sesungguhnya telah sesuai pada dhahir bilangannya, namun ia telah meninggalkan yang penting, yaitu membasuh. Maka shalatnya tertolak lantaran kebodohannya.
Target puasa: takwa
- Pertama, bermakna takut (haybah). Firman Allah, “Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa” (QS Al-Baqarah [2]: 194).
- Kedua, bermakna taat. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS Al Imron [3]: 102).
- Ketiga, menyucikan hati dari dosa. Firman Allah, “Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan” (QS An-Nur [24]: 52).
Hikmah puasa
- Menjadi manusia yang berakhlak mulia.
- Menumbuhkan sifat pemurah dan penyayang.
- Membentuk watak dan karakter manusia menjadi patuh dan disiplin terhadap suatu peraturan. Patuh terhadap hukum Allah semata yang dimotori jiwa takwa.
- Melatih menahan syahwat serta mengembalikannya kepada batas kesederhanaan.
- Jalan menuju kesehatan jasmani dan peningkatan maqam ruhani.
Category : ngaji
SHARE THIS POST