Khutbah Idul Adha 1438 H
Ringkasan
KHUTBAH IDUL ADHA 1438 H
10 Dzulhijjah 1438H/1 September 2017
MENANAMKAN NILAI-NILAI QURBAN UNTUK MENCERDASKAN SPIRITUALITAS DEMI KEMANUSIAAN ADIL YANG BERADAB*
Oleh Muhammad Yusuf**
Ϻ┘äÏ│┘äϺ┘à Ï╣┘ä┘è┘â┘à ┘êÏ▒Ï¡┘àÏ® Ϻ┘ä┘ä┘ç ┘êÏ¿Ï▒┘âϺϬ┘ç
Ϻ┘ä┘ä┘ç Ïú┘âÏ¿Ï▒ 7 × Ïº┘ä┘ä┘ç┘ŠϺ┘Ä┘â┘ÆÏ¿┘ÄÏ▒┘Å ┘â┘ÄÏ¿┘É┘è┘ÆÏ▒Ϻ┘ï ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘à┘ÆÏ»┘Å ┘É┘ä┘ä┘ç┘É ┘â┘ÄϽ┘É┘è┘ÆÏ▒Ϻ┘ï ┘ê┘ÄÏ│┘ÅÏ¿┘ÆÏ¡┘ÄϺ┘å┘Ä Ïº┘ä┘ä┘ç┘É Ï¿┘Å┘â┘ÆÏ▒┘ÄÏ®┘ï ┘ê┘ÄÏú┘ÄÏÁ┘É┘è┘Æ┘äϺ┘ïÏî ┘äϺ┘ÄÏÑ┘ä┘Ä┘ç┘Ä Ïº┘É┘äϺ┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘ç┘Å ┘ê┘ÄϺ┘ä┘ä┘ç┘ŠϺ┘Ä┘â┘ÆÏ¿┘ÄÏ▒┘ÅÏî Ϻ┘ä┘ä┘ç┘ŠϺ┘Ä┘â┘ÆÏ¿┘ÄÏ▒┘Å ┘ê┘É┘ä┘ä┘ç┘É Ïº┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘à┘ÆÏ»
Ϻ┘Ä┘ä┘ÆÏ¡┘Ä┘à┘ÆÏ»┘Å ┘É┘ä┘ä┘ç┘É Ïº┘ä┘æ┘ÄÏ░┘É┘è┘Æ Ï¼┘ÄÏ╣┘Ä┘ä┘Ä Ïº┘ä┘Æ┘è┘Ä┘ê┘Æ┘à┘Ä Ï╣┘É┘è┘ÆϻϺ┘ï ┘ä┘É┘ä┘Æ┘à┘ÅÏ│┘Æ┘ä┘É┘à┘É┘è┘Æ┘å┘ÄÏî ┘ê┘Ä┘ê┘ÄÏ¡┘æ┘ÄÏ»┘Ä ┘é┘ä┘êÏ¿┘åϺ Ï¿ÏÑ┘éϺ┘àÏ® Ϻ┘äÏ» ┘è┘å Ïî ┘êÏÀϺÏ╣Ï® Ϻ┘ä┘ä┘ç Ϻ┘äÏ╣┘ä┘è Ϻ┘äÏ╣Ï©┘è┘à Ïî Ϻ┘äÏ░┘ë Ϻ┘åÏ▓┘ä Ϻ┘ä┘éÏ▒Ϻ┘å Ϻ┘äÏ╣Ï©┘è┘à Ïî Ïú┘ÄÏ┤┘Æ┘ç┘ÄÏ»┘ŠϺ┘Ä┘å┘Æ ┘äϺ┘Ä Ïº┘É┘ä┘Ä┘ç┘Ä Ïº┘É┘äϺ┘æ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘ç Ϻ┘ä┘à┘ä┘â Ϻ┘äÏ¡┘é Ϻ┘ä┘àÏ¿┘è┘å Ïî ┘êϺÏ┤┘çÏ» Ϻ┘å ┘àÏ¡┘àϻϺ Ï╣Ï¿Ï»┘ç ┘ê Ï▒Ï│┘ê┘ä┘ç Ϻ┘äϺ ┘à┘è┘å Ïî ÏÁϺϻ┘é Ϻ┘ä┘êÏ╣Ï» Ϻ┘äϺ┘à┘è┘å Ïî Ϻ┘ä┘àÏ¿Ï╣┘êϽ Ï▒Ï¡┘àÏ® ┘ä┘äÏ╣Ϻ ┘ä┘à┘è┘å ......Ϻ┘ä┘ä┘ç┘à ÏÁ┘ä ┘êÏ│┘ä┘à Ï╣┘ä┘ë ┘åÏ¿┘è┘åϺ Ϻ┘ä┘à┘ÅÏÁ┘ÆÏÀ┘Ä┘ü┘Ä┘ë ┘êÏ¡Ï¿┘èÏ¿┘åϺ ┘ê┘à┘ê┘äϺ┘åϺ ┘àÏ¡┘àÏ» ┘êÏ╣┘ä┘ë Ϻ┘ä┘ç ┘ê Ï░Ï▒┘èϬ┘ç ┘ê ϺÏÁϡϺϿ┘ç ┘ê┘à┘å ϬϿÏ╣┘ç┘à Ï¿ÏÑÏ¡Ï│Ϻ┘å Ϻ┘ä┘ë ┘è┘ê┘à Ϻ┘äÏ»┘è┘å Ϻ┘àϺ Ï¿Ï╣Ï» ...
Qaalallahu Ta’ala fil Qur’anil Adziim:
Innaa A’thainaakal Kautsar fashalli Lirabbika wanhar, Innasyaani’aka Huwal Abtar
Ï╣Ï¿┘ÄϺϻ┘Ä Ïº┘ä┘ä┘ç┘ÉÏî Ïú┘Å┘ê┘ÆÏÁ┘É┘è┘Æ┘â┘Å┘à┘Æ ┘ê┘Ä┘å┘Ä┘ü┘ÆÏ│┘É┘è┘Æ ┘ê┘ÄÏÑ┘É┘è┘æ┘ÄϺ┘è┘Ä Ï¿┘ÉϬ┘Ä┘é┘Æ┘ê┘Ä┘ë Ϻ┘ä┘ä┘ç┘É ┘ü┘Ä┘é┘ÄÏ»┘Æ ┘ü┘ÄϺÏ▓┘Ä Ïº┘ä┘à┘ÅϬ┘æ┘Ä┘é┘Å┘ê┘Æ┘å┘Ä!
Allahu Akbar 3x Wa Lillahil Hamd
Umat muslimin dan muslimat jamaah Idul Adha yang berbahagia!
Engkau Maha Besar, Tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagiNya, dan segala macam bentuk pujian hanya Milik Allah.
Kita wajib bersyukur kepada Allah SWT, pada pagi hari ini kita dirahmati Allah dengan dimudahkan urusan kita, diringankan langkah kita dibahagiakan hati kita, sehingga kita bisa hadir di tempat yang mulia ini bersama-sama umat Islam di seluruh dunia, sebagai bukti bahwa kita telah disatukan dan digerakkan hati kita oleh kekuatan Tauhid dan ketaatan kita kepada Allah SWT sehingga menyadarkan kita bahwa umat Islam hakikatnya adalah satu umat, satu keyakinan dan satu tujuan untuk melakukan penghambaan/pengabdian kepada Allah SWT semata (Lillah).
Saat ini saudara-saudara kita yang tahun ini menunaikan ibadah haji sedang melakukan persiapan untuk menunaikan prosesi Wukuf di Padang Arafah, tempat yang disucikan dan dimuliakan oleh Allah Swt. Mereka menunaikan ibadah haji, bukan sebagai bangsa Arab, Timur Tengah, Afrika, Eropa, Amerika, Australia maupun Asia. Jamaah haji Indonesia bersama-sama umat Islam yang lain dari seluruh benua merayakan hari Agung dan sakral ini, karena disatukan dan diperkokoh ikatan Aqidah Islamiyyah, yang taat menjalankan perintah syariat Islam Rukun Islam kelima.
Belum lama, kita bangsa Indonesia merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-72 yang disambut dan dirayakan oleh seluruh lapisan rakyat Indonesia, penuh dengan keceriaan, sukacita, gegap-gempita, hakikatnya sangat erat dan sarat dengan nilai-nilai keagamaan dan spiritualitas. Kemerdekaan itu terjadi pada hari Jum’at bertepatan dengan Idul Adha hari ini juga jatuh pada hari Jum’at. Kemerdekaan diraih berkaitan erat dengan spiritualitas agama, maka jatidiri bangsa tidak mungkin dipisahkan dengan negara. Karena hakekat kemerdekaan adalah bebasnya seseorang dari rasa cemas dan bebas dengan kemanusiaannya, karena bersifat fitrah.
Maka, Idul Adha hari ini sesungguhnya untuk membangkitkan kembali nilai-nilai spiritualitas dan nilai-nilai kemanusiaan, dengan membebaskan diri dari penghambaan kepada manusia, kepada materi dan kekayaan, pembebasan dari pemujaan terhadap kekuasaan, pangkat, status sosial, jabatan dan sekaligus pembebasan dari pendewaan terhadap etnis, warna kulit dan ras kita. Para pendiri bangsa ini sadar betul telah terjadinya perbudakan antar manusia, eksploitasi manusia atas manusia dan berbagai bentuk dan macam kedhaliman yang lain. Karena itu ajaran yang dibawa Ibrahim as. berorientasi pada nilai-nilai Ilahiah yang Hanif (lurus) yag dihadirkan Allah SWT untuk umat manusia sebagai aktualisasi pembebasan dari segala macam bentuk penindasan, pendewaan dan penuhanan selain Allah SWT.
Ajaran ini telah diteruskan dan disempurnakan oleh Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membebaskan para tawanan pada peristiwa besar Fathu Makkah dengan sabdanya: !... ϺÏ░┘çÏ¿┘êϺ ┘üϺ┘åϬ┘à Ϻ┘äÏÀ┘ä┘éϺÏí (Pergilah kalian, sekarang kamu telah bebas/merdeka... !), tanpa tebusan apapun. Sungguh mulia keteladanan Rasulullah ini.
Maka, merayakan Idul Adha atau Hari Raya Qurban sesungguhnya kita mengenang perjalanan sejarah seorang utusan Allah, yang sarat dengan peristiwa sejarah kenabian seorang Ibrahim as yang terjadi lebih dari 4000 tahun yang lalu, sekaligus menggali nilai-nilai spiritualitas dan kemanusiaan yang menggambarkan begitu dekatnya beliau dengan Tuhannya (Khalilullah), rela mengorbankan apa yang dicintainya, kepasrahan, ketulusan, kesabaran dan keteguhan hati yang dimiliki oleh Nabi Ibrahim as dan kepasrahan Isma’il as. semata-mata demi menjalankan perintah Allah melalui mimpi yang benar (ar-ru’yah ash-shadiqah/ash-shalihah) yang merupakan wahyu-ilahi yang itu menjadi tradisi bagi para Nabi utusan Allah ketika menerima wahyu. Itulah sebuah contoh nilai spiritualitas yang sangat tinggi sebagai bentuk edukasi dan pengajaran (‘Ibrah) bagi umat manusia ketika bersikap terhadap Tuhannya.
Jamaah shalat Ied yang berbahagia
Dengan demikian, Islam mengajarkan kepada kita umat Islam bagaimana cara untuk menundukkan egoisme pribadinya, primordialisme kita, fanatisme kita yang bersumber dari hawa nafsu belaka tanpa bimbingan wahyu. Sesungguhnya, Islam telah mengajarkan kepada kita bahwa seorang hamba hanya boleh tunduk kepada Allah SWT dengan segala kehendakNya, meski terkadang berat dan pahit untuk dikerjakan, bahkan ada saat-saat dihadapkan sebuah pertarungan ideologis dan psikologis yang sangat kompleks, sebagaimana peristiwa pengorbanan yang pernah dialami nabiyullah wa khalilullah (nabi dan kekasih Allah) yang harus mengambil keputusan yang sangat amat berat, antara pertimbangan rasio (akal sehat) manusia, kejiwaan seorang ayah dan spiritualitas kenabiannya.
Sungguh sangat dramatik, bagaimana Ibrahim as. yang sedang mencapai kebahagiaan dengan karunia seorang putra kesayangannya yang shalih Ismail as. diperintahkan Allah untuk disembelih dengan tangan ayahnya sendiri... sungguh terkesan tidak rasional...! Bahkan tidak manusiawi, hampir-hampir mustahil untuk dilakukan ...??? Kalau bukan karena religiusitas dan nilai-nilai Ilahiah yang mendasari nabi Ibrahim, maka peristiwa ini tidak akan terjadi, tapi karena kehendak Allah dan KekuasaanNya, semua bisa terjadi, tidak memandang hal itu rasional apa tidak, humanis apa tidak? Allah Maha Mengetahui apa yang Ia kehendaki dan firmankan.
Allahu Akbar ... Allahu Akbar ... Allahu Akbar walillahil Hamd
Pengorbanan adalah perbuatan mulia, mengandung nilai-nilai yang sangat berarti bagi kehidupan sosial, berbangsa dan beragama, yang sangat diperlukan bagi umat Islam saat ini yang tengah menghadapi tantangan zaman dan problematika kehidupan yang semakin kompleks dengan ditandai gerak cepat perubahan masyarakat di era modern ini dan dinamika kehidupan di era global ini, lebih-lebih bagi bangsa Indonesia yang saat ini sedang mengalami tantangan dan ujian yang sangat berat di tengah-tengah pergaulan bangsa-bangsa di dunia ini.
Namun demikian, kita tidak boleh pesimis bahkan putus asa, sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tentu memiliki dasar keyakinan yang kuat dan basis etika yang memadai untuk mengambil peran yang strategis untuk bisa memberikan kontribusi yang jelas agar bangsa ini bisa lebih maju, berani bersaing dengan negara-negara lain di dunia, sehingga bangsa Indonesia memiliki wibawa dan citra yang baik, turut diperhitungkan dalam kancah pergaulan dunia dalam hubungan antar negara, bukan malah sebaliknya bangsa kita dianggap kecil dan tidak memiliki wibawa, sehingga menjadi rendah diri di hadapan mereka.
Hadirin dan dadirat ma’asyiral muslimin yang dimuliakan Allah
Sesungguhnya momentum Idul Qurban saat ini bisa kita jadikan indikator dan bukti bahwa umat Islam, merupakan umat yang kokoh, tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga secara sosial. Berapa banyak jumlah hewan kurban yang disembelih setiap tahunnya, untuk dibagikan kepada masyarakat tanpa pilih kasih, suku, adat-istiadat, status sosial dan status ekonominya bahkan agamanya. Betapa ajaran saling kasih sesama, cinta damai, harmoni, memiliki kepedulian sosial, sungguh merupakan fenomena faktual yang tidak dibuat-buat apalagi direkayasa, betapa luhur dan mulianya ajaran Islam, khususnya dalam Idul Qurban, yang sarat dengan nilai-nilai religius yang sakral, disamping nilai-nilai sosial yang mulia.
Dengan demikian, apa yang dikesankan oleh kelompok agama lain bahwa umat Islam suka kekerasan, tindakan teror, diskriminasi, tidak menghormati hak-hak asasi orang lain, berpandangan eksklusif, melanggar SARA, memupuk paham radikalisme, dengan sendirinya terbantahkan sedara empiris. Justru, sebaliknya nilai-nilai (values) ajaran yang terkandung dalam syariat kurban, sungguh luar biasa maknanya bagi kehidupan, meski peristiwanya ribuan tahun yang lalu, faktanya masih tetap relevan spiritnya untuk menanamkan dimensi spiritualitas kepada Allah SWT dan terbukti masih signifikan untuk menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang beradab, sampai kapan dan dimana pun jua. Allah Maha Luas ilmuNya, Ilmu Allah yang mampu menembus dimensi ruang dan waktu.
Hadirin-hadirat, jamaah shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah
Kiranya dari peristiwa sejarah ini pula kita berharap mampu menggugah kesadaran kita, menanamkan nilai-nilai luhur dan ajaran substansial-esensial, sekaligus untuk berusaha meneladani karakter kepribadian nabi kita Ibrahim as. dan Isma’il as., ketahanan mental, kecerdasan emosinya, ketaatan dan ketundukannya terhadap perintah Rabb-nya, hal ini mengindikasikan ketinggian kualitas keimanan dan ketakwaannya yang mampu mendekatkan kehambaannya dengan Sang Khaliq, Penguasa dan Pemilik Alam Semesta (Rabbul ‘Alamin). Allahu Akbar wa Lillaahil Hamd.
Sudah barang tentu kesempurnaan kepribadian ini sangat kita idamkan, perjuangan untuk mengisi kemerdekaan sejati pasti kita rindukan, keluhuran budi-pekerti yang kita inginkan, di satu sisi, dan di sisi yang lain, bangsa kita disibukkan dengan berbagai macam urusan dengan segala problematikanya dalam konteks kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama, persoalan korupsi yang episodenya belum berakhir bahkan menggurita, memudarnya citra para pemimpin negeri ini, merosotnya supremasi hukum, hebohnya perang melawan kejahatan narkoba, tindak kriminal yang semakin menjadi-jadi, perebutan kepemilikan aset dan kekayaan, terusiknya wilayah kedaulatan NKRI oleh negeri jiran, maraknya konflik antar warga masyarakat antar aparat, antar pelajar, memudarnya wibawa lembaga-lembaga pendidikan, aksi-aksi terorisme di mana-mana, kekerasan yang membawa-bawa nama agama dan Islam, simbolisasi agama yang semakin marak, medsos sebagai gaya hidup (life style) modern yang banyak disalahgunakan, tak terbendungnya produksi kendaraan bermotor yang memadati di semua ruas-ruas jalan-jalan di perkotaan hingga perdesaan, ditambah lagi perilaku anarkhis penjahat yang semakin nekad, kejahatan di dunia maya (cyber crime) intern dan antar negara, dan masih banyak lagi fenomena dan fakta-fakta di negeri ini yang semakin merebak dari waktu ke waktu, seiring nafas kehidupan, yang tentu saja masih jauh dari ideal moral, keteladanan (cita-cita luhur) dari peristiwa Qurban yang sebentar lagi kita lakukan bersama-sama dengan masyarakat muslim sedunia.
La Haula wa La Quwwata illa billah. Apa yang terjadi di negeri Zamrud Khatulistiwa yang memimpikan Gemah Ripah Loh Jinawi, Toto Tentrem Kerto Raharjo, Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafuur, Allahu A’lam bimaa Na’maluun (Allah Maha Tahu segala apa yang kita perbuat).
Semoga, kita umat mayoritas di negeri ini mampu meneladani kiprah nabi Ibrahim as. dan putranya Isma’il as. dalam perilaku kita sehari-hari, jiwa pengorbanan yang tak kenal pamrih dan riya’, ‘ujub dan takabbur demi untuk memperjuangkan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
Umat muslimin rahimakumullah
Sesungguhnya spirit Qurban yang harus kita bangun adalah kesediaan secara ikhlas untuk berkorban demi kepentingan hajat orang banyak yang jauh lebih penting dan berdampak pada kemaslahatan umum dalam waktu yang tak lama. Sebagaimana pengorbanan para pahlawan kita, para pemimpin, syuhada’, ulama’ juga orangtua kita, yang begitu mendalam tertanam dalam jiwa dan relung hati mereka, sampai-sampai bisa menikmati arti sebuah perjuangan dan pengorbanan, bahkan mampu menikmati sebuah kematian sekalipun, sebagaimana orang-orang yang tidak mau beriman menikmati kehidupan untuk diri mereka sendiri, tanpa peduli dengan kepentingan dan kemaslahatan umum.
Kita tidak akan memperoleh kebahagiaan dan kesuksesan dalam kehidupan dunia ini dan di akhirat nanti, kecuali jika kita bersedia untuk mengorbankan apa yang kita cintai. Nabi Ibrahim as dengan ujian Allah yang sangat berat telah berhasil mencapainya sehingga mendapat predikat Khalilullah (kekasih Allah), karena telah merelakan dan pasrah mengorbankan sesuatu yang sangat dicintai, yakni putra yang sangat dicintainya Ismail as. Hal ini dijalankan karena semata-mata ketundukan dan ketaatannya melaksanakan perintah Allah swt. didasari keyakinan yang kuat, kepasrahan yang total, rasa pengorbanan yang bulat, bertekad untuk menggapi ridhaNya, demi menjaga hubungan etisnya dengan Sang Pencipta (Hablun Minallah). Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat Ali Imran [3]: 92:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS Ali Imran, [3]:92).
Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah
Islam tidak pernah melarang mencari kehidupan duniawi yang serba berkeckupan selama tidak berlebih-lebihan (Hubbuddunya), tetapi Islam juga mengajarkan secara serius bahwa kehidupan akhirat itu jauh lebih penting dan lebih memberikan kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Setiap langkah kehidupan kita memerlukan pengorbanan, raga, biaya, tenaga, pikiran bahwa terkadang nyawa sekalipun untuk mencapai suatu kebaikan dan untuk mencari ridla Allah. Memang, kita sering salah persepsi terhadap kehidupan dunia dan samar-samar pandangan kita tentang kehidupan akhirat, tidak tegas mengambil sikap hidup sebagai seorang mukmin (beriman), ragu terhadap apa yang kita infaq-kan dan sedekahkan di jalan Allah (Fii Sabiilillah).
Karagu-raguan inilah sebenarnya yang menjadikan kita lemah dan kurang berdaya, pesimis terhadap balasan dan rahmat Allah. Kehidupan yang ditempuh di jalan Allah SWT, dengan lurus berhadapan dengan Allah (Tawajuh Ilallah), dalam rangka untuk mendekatkan diri kepadaNya (Taqarrub Ilallaah), dan tulus semata-mata untuk memperoleh ridhaNya (Mardhatillaah) pasti akan memberikan dampak yang luar biasa dan balasan yang lebih baik dari Allah. Itulah sebabnya umat Muhammad diajarkan oleh al-Qur’an dalam firmanNya:
“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal sebenarnya ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal sessungguhnya ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS al-Baqarah [2]:216).
Oleh karenanya, di dalam menghadapi ujian kehidupan dunia ini, kita harus sabar dan tawakkal, serta menyerahkan diri kepada Allah swt, sebagaimana yang dicontohkan nabi Ibrahim ketika diperintahkan untuk menyembelih anaknya sendiri. Berbeda dengan orang–orang yang tidak pandai bersyukur, tidak pernah puas, (tidak qana’ah) dan tidak memiliki keyakinan atas janji-janji Allah swt, mereka akan mudah goncang jiwanya, depresi, stress, bahkan menjadi gila.
Semoga kita, selalu mendapatkan petunjuk dan bimbingan Allah SWT dalam menjalani kehidupan ini, sehingga kita akan mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia dan di akhirat kelak. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin. Aquulu qauliy haadzaa Wastaghfirullaahal Adziim, Innahu Huwal Ghafuurur Rahiim.
Khutbah II
Alhamdulillahi wahdah, shadaqa wa’dah, wa nashara ‘abdah, wahazamal ahzaaba wahdah, asyhadu an Laa Ilaaha Illallah wahdahuu laa syarika lah wa Asyhadu Anna Muhammadan ‘Abduhuu wa Rasuuluh Laa Nabiyya Ba’dah. Laa Haula wa Laa Quwwata Illaa Billah.
Yaa Ayyuhalladziina ‘Aamanut Taqullaaha Haqqa Tuqaatih wa Laa Tamuutunna Illaa wa Antum Muslimuun.
Jamaah shalat Idul Adha yang berbahagia
Dalam kesempatan yang berharga ini marilah kita berdoa, memohon dengan sungguh-sungguh, bermunajat dengan sepenuh hati apa yang menjadi keinginan dan cita-cita kita, semoga Allah segera menerima dan mengabulkannya... Aamiin...
Innallaaha wa Malaaikatahu Yushalluuna ‘alan Nabiy, Yaa Ayyuhalladziina ‘Aamanuu Shalluu wa Sallimuu Tasliimaa. Allahumma Shalli wa Sallim wa Barik ‘ala Nabiyyina wa Habiibina, wa Syafii’inaa wa Maulaana Muhammadin wa ‘Alaa Alihi wa dzurriyyaatihi wa Ashaabihii waman Tabi’ahum bi Ihssanin Ilaa Yaumiddin. Warhamnaa Ma’ahum birahmatika Yaa Arhamarraahimiin....
Allaahummaghfir lil Mu’miniina wal Mu’minaat, wal Muslimiina wal Muslimaat, al-Ahya’i minhum wal Amwaat, Innaka Sami’un Qariibun Mujiibut Da’awaat, Yaa Qaadhiyal Haajaat, wa Yaa Kaafiyal Muhimmaat, Innaka ‘alaa Kulli Syai’in Qadiir.
Allaahummaghfir Lanaa Dzunuubanaa, wa Liwalidainaa warham Humaa Kamaa Rabbayaanaa Shaghiiraa.
Allaahumma Sallimna wa Sallim Ummata Muhammad, min Mashaa’ibi Dunyaa wa ‘Adzzabil Aakhirah, Innaka ‘Alla Kulli Syai’in Qadiir.
Allaahummaj’al Lanaa min Kulli Hammin Farajaa, wa min kulli Dhiiqin Mahrajaa, wa min kulli Bala’ain ‘Afiyah, Yaa Dzal Jalaali wal Ikraam.
Allaahumma Yassir Umuuranaa wa Umuura Hujjaja Indonesia bi Makkatal Mukarramah wa Arafah wa Mudzdalifah wa Miina, Yaa ‘Aziizul Hakiim.
Rabbanaa Taqabbal Minnaa Innaka ‘Antas Samii’ul ‘Aliim wa Tub ‘Alainaa Innaka Antat Tawwaaburrahiim.
Rabbanaa ‘Aatinaa fid Dunyaa Hasanah wafil Akhirati Hasanah wa Qinaa ‘Adzaabannaar. Walhamdu Lillaahi Rabbil ‘Aalamiin.
Wassalama’alaikum wr, wb.
Yogyakarta, 1 September 2017
**Muhammad Yusuf, Dosen Ilmu al-Qur’an dan Hadis UIN Sunan Kalijaga, YogyakartaÔöéE-mail: ymuhammad77@yahoo.com/sabil09aya11@gmail.com ÔöéHP/WA. 081 2295 6319
*) Khutbah ‘Idul Adha 1438H disampaikan di halaman GOR Kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Kajian Selanjutnya
Ziauddin Sardar (Postnormal Times)
29 January 2025, 20:00
Kajian Sebelumnya
Byung Chul Han (The Burnout Society)
15 January 2025, 20:00
Marshall McLuhan (Medium is The Message)
15 January 2025, 20:00
Manuel Castells (The Network Society)
08 January 2025, 20:00
Resolusi Diri + QnA
01 January 2025, 20:00
Fariduddin Attar (kitab Mantiq al-Thayr)
25 December 2024, 20:00