A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: fopen(/home/mjscolom/public_html/app/cache/768e184e18c60c11de5d092dbe6f5acbeda536abe2c4deb5549b72fae24e4897): failed to open stream: Disk quota exceeded

Filename: drivers/Session_files_driver.php

Line Number: 156

Backtrace:

File: /home/mjscolom/public_html/app/third_party/MX/Loader.php
Line: 173
Function: _ci_load_library

File: /home/mjscolom/public_html/app/libraries/Ion_auth.php
Line: 66
Function: library

File: /home/mjscolom/public_html/app/third_party/MX/Loader.php
Line: 173
Function: _ci_load_library

File: /home/mjscolom/public_html/app/third_party/MX/Loader.php
Line: 192
Function: library

File: /home/mjscolom/public_html/app/third_party/MX/Loader.php
Line: 153
Function: libraries

File: /home/mjscolom/public_html/app/third_party/MX/Loader.php
Line: 65
Function: initialize

File: /home/mjscolom/public_html/app/modules/home/controllers/Home.php
Line: 9
Function: __construct

File: /home/mjscolom/public_html/index.php
Line: 289
Function: require_once

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: session_start(): Failed to read session data: user (path: /home/mjscolom/public_html/app/cache)

Filename: Session/Session.php

Line Number: 140

Backtrace:

File: /home/mjscolom/public_html/app/third_party/MX/Loader.php
Line: 173
Function: _ci_load_library

File: /home/mjscolom/public_html/app/libraries/Ion_auth.php
Line: 66
Function: library

File: /home/mjscolom/public_html/app/third_party/MX/Loader.php
Line: 173
Function: _ci_load_library

File: /home/mjscolom/public_html/app/third_party/MX/Loader.php
Line: 192
Function: library

File: /home/mjscolom/public_html/app/third_party/MX/Loader.php
Line: 153
Function: libraries

File: /home/mjscolom/public_html/app/third_party/MX/Loader.php
Line: 65
Function: initialize

File: /home/mjscolom/public_html/app/modules/home/controllers/Home.php
Line: 9
Function: __construct

File: /home/mjscolom/public_html/index.php
Line: 289
Function: require_once

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home/mjscolom/public_html/ci.sys/core/Exceptions.php:272)

Filename: controllers/Home.php

Line Number: 337

Backtrace:

File: /home/mjscolom/public_html/app/modules/home/controllers/Home.php
Line: 337
Function: setcookie

File: /home/mjscolom/public_html/app/modules/home/controllers/Home.php
Line: 77
Function: single

File: /home/mjscolom/public_html/index.php
Line: 289
Function: require_once

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /home/mjscolom/public_html/ci.sys/core/Exceptions.php:272)

Filename: libraries/Template.php

Line Number: 89

Backtrace:

File: /home/mjscolom/public_html/app/libraries/Template.php
Line: 89
Function: setcookie

File: /home/mjscolom/public_html/app/modules/home/controllers/Home.php
Line: 424
Function: view_public

File: /home/mjscolom/public_html/app/modules/home/controllers/Home.php
Line: 77
Function: single

File: /home/mjscolom/public_html/index.php
Line: 289
Function: require_once

Perjalanan Menuju Pemaafan

Perjalanan Menuju Pemaafan

slider
08 Juni 2020
|
896

Selamanya pemaafan tak semudah menerima maupun memberi telapak tangan. Lebih dari itu, rupanya pemaafan butuh tahap-tahap yang kompleks dan determinan terhadap luka yang dialami oleh tiap individu. Semenjak manusia menyadari lukanya, mengomunikasikan dengan baik terhadap subjek yang bersangkutan, hingga pada tahap penerimaan diri atas kesalahan yang wajar dilalui. Hirarki yang demikian pun berlanjut pada kuncup bunga pemaafan secara tulus, usai proses pembersihan sampah emosional secara fundamental, yaitu munculnya komitmen intrapersonal sekaligus interpersonal.

Kesadaran terhadap letak luka batin yang presisi, lengkap beserta faktor-faktornya, adalah kunci terbukanya pintu pemaafan. Sebab tanpa menyadari luka di dalam batin, artinya seorang individu masih berada dalam rasa penyesalan. Kesadaran muncul ketika manusia mengambil jarak dari kemungkinan-kemungkinan samar.

Sejauh rentang penyesalan hingga pengambilan jarak ini dipisahkan oleh keheningan yang difungsikan sebagai evaluasi emosi negatif yang meletup-letup. Sebab itulah kita akan memahami mengapa orang-orang yang sedang marah maupun bersedih butuh untuk sejenak sunyi, guna menghitung sumber-sumber informasi yang patut diangkat pada tingkat kesadaran diri.

Setelah menyadari bahwa terdapat luka di salah satu sisi batin, mengomunikasikan sakit tersebut patut dilakukan sebagai proses ejawantah pengelolaan sampah emosional. Luka batin, sakit hati, kekecewaan, tersinggung, merupakan bentuk-bentuk dasar yang apabila alpa diurai kepada orang lain yang bersangkutan, akan menimbulkan pemberhentian dalam perjalanan penyembuhan.

Pada mulanya kita menganggap cara paling ampuh untuk memaafkan adalah melupakan kesalahan maupun kejadian yang membuat manusia terluka, namun ternyata bukan. Alih-alih sembuh, menurut Afthonul Afif, melupakan justru menjadi cara mengingat dengan cara lain. Dendam, adalah salah satu implikasi dari banyak kemungkinannya.

Membatasi pengalaman sakit hati yang, padahal sebetulnya hanya membatasi ego agar tidak terjerembab pada perasaan nyeri, justru membuat kesadaran manusia menjadi memiliki batas. Sakit hati yang dialami oleh perseorangan, meski pola kesenjangan yang pada akhirnya mengakibatkan sakit hati yang terkesan sama, sesungguhnya hal tersebut adalah hal yang berbeda.

Barangkali pada pengalaman pertama manusia menjalin hubungan asmara yang kandas sebab ditinggal nikah, membuatnya menjadi manusia yang seolah paling merana. Pada pengalaman kedua, dengan pola sakit hati yang sama, tentu seorang individu akan mengalami sakit hati yang berbeda. Kemungkinannya hanya dua: dirasa lebih berat atau menjadi lebih ringan. Golongan pertama adalah mereka yang tak berusaha menghadirkan kesadaran, golongan kedua adalah mereka yang sudah mencoba menghadirkan kesadaran.

Mengomunikasikan luka dengan orang lain yang bersangkutan akan membuat manusia menjadi lebih ringan sebab sudah tak ada lagi sebuah usaha yang ia lakukan sendiri. Hal ini kemudian akan memunculkan penerimaan diri terhadap sebuah kesalahan. Ya, salah itu wajar dan tidak masalah. Menjadi masalah ketika kita terus menyangkal kenyataan dan masih berpegang teguh pada idealitas ego untuk tidak merasa bersalah.

Penerimaan diri inilah yang menjadi jalan bercabang bagi manusia untuk menuju pemaafan yang tulus, pemaafan yang berlaku dari luar maupun dalam, dari sisi interpersonal maupun intrapersonal. Cara mengomunikasikan luka yang tidak penuh, mencoba menutup-nutupi kelemahan, akan berpengaruh pada proses penerimaan diri.

Sebab ketika seorang individu tak melakukan proses ejawantah sampah emosional dengan baik, tentu akan meninggalkan perasaan ganjil yang padahal bukan karena tidak bisa diungkapkan, namun karena ia masih terkungkung idealitas ego tentang pemaknaan mengakui kelemahan, sehingga keganjilan ini yang akan membuat kekaburan terhadap penerimaan diri.

Penerimaan diri yang buruk, akan menimbulkan selip komitmen terhadap salah satu dimensi pemaafan, entah pada tubuh interpersonal atau intrapersonal. Dari kesemuanya itu, pemaafan yang dilakukan muncul secara tidak sempurna. Kemungkinan untuk melanggar komitmen yang hanya berjalan di atas satu jalur saja, sangat besar. Beda halnya apabila seorang individu mengalami penerimaan yang baik, munculnya komitmen di dua dimensi pemaafan, yaitu dari interpersonal dan intrapersonal. Komitmen yang berjalan di atas dua jalur ini, mencegah kemungkinan pelanggaran terjadi di masa yang akan datang. Hal ini pula yang disebut sebagai pemaafan yang tulus, pemaafan yang dilakukan dengan baik dan tuntas.

Meski pemaafan memiliki jalan yang panjang dan sedemikian berliku, kita patut untuk terus berjalan ke depan dan meneliti prosesnya. Sebab prosesi yang dilakukan secara maksimal ketika menjajaki tahap demi tahap dalam pemaafan, tentu berpengaruh terhadap kesehatan mental pada diri individu. Kita berhak berbahagia dengan cara membayar lunas ongkos kesalahan.

Dan tidaklah Allah ta’ala menambah kepada seorang hamba dengan sifat pemaaf kecuali kemuliaan” (HR. Muslim). “... Orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan” (QS Ash-Shura [42]: 43).


Category : kolom

SHARE THIS POST


ABOUT THE AUTHOR

Kukuh S. Aji

Menulis puisi, cerpen, dan kadangkala esai. Pelajar Kawruh Jiwa Suryomentaram. Berminat pada kajian psikologi budaya dan lingkungan hidup. Bermain paruh waktu di Madrasah Rasa Center.